Bengkulu (Antara) - Yayasan Kanopi Bengkulu menyatakan kerusakan hutan lindung Bukit Daun akibat perambahan liar di Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, yang mencapai 3.000 hektare itu mengancam fungsi kawasan tersebut sebagai penyedia air bagi 20 desa di sekitarnya.

Pada diskusi teknologi geotermal dalam pelestarian Bukit Daun sebagai penyangga kehidupan Direktur Yayasan Kanopi Bengkulu Ali Akbar di Bengkulu, Jumat, mengatakan bahwa hutan lindung Bukit Daun merupakan sumber air bagi ratusan hektare sawah dan lahan pertanian palawija.

"Air tanah yang tersimpan di Bukit Daun juga akan menjadi rebutan bagi petani dan Pertamina Energi Geotermal yang sedang melakukan eksplorasi panas bumi di sana," kata Ali.

Dengan kerusakan yang terjadi di kawasan itu, kata dia, intervensi terhadap kawasan lindung tersebut untuk eksplorasi panas bumi perlu melakukannya dengan meminimalkan dampak ekologis.

Kegiatan eksplorasi oleh pihak Pertamina dengan membuka kawasan hutan untuk jalan guna mengangkut peralatan pengeboran.

"Jangan sampai pembukaan kawasan untuk jalan dan kegiatan eksplorasi mengganggu tata air dan menambah kerusakan hutan," ucapnya.

Luas kawasan HL Bukit Daun untuk wilayah Kabupaten Rejanglebong mencapai 4.762 hektare, sedangkan luas keseluruhan kawasan keseluruhan mencapai 83.000 hektare yang mencakup wilayah Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Tengah, Rejanglebong, Lebong, dan Bengkulu Utara.

Berdasarkan letak geografis, kata Ali, kawasan itu berada di antara Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) berfungsi sebagai jembatan ekologis dan koridor bagi beberapa satwa kunci, seperti harimau dan beruang.

"Dengan kondisi saat ini, hutan lindung Bukit Daun perlu intervensi karena sudah berada pada titik kritis," katanya.

Sementara itu, Direktur Walhi Bengkulu Beni Ardiansyah dalam kesempatan itu mendukung eksplorasi energi terbarukan. Namun, tidak mengorbankan fungsi lindung Bukit Daun.

Energi terbarukan dari panas bumi menurutnya dapat memenuhi kebutuhan energi lokal Bengkulu. Namun, perlu diperjelas dengan distribusi yang adil bagi masyarakat di sekitar kawasan tersebut.

"Jangan sampai masyarakat sekitar Bukit Daun tidak menikmati energi yang dipanen dari kawasan sekitar wilayah mereka, ibaratnya tikus yang mati di lumbung padi," katanya.***3***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016