Bengkulu (Antara) - Kelompok masyarakat di Desa Air Brau, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu memadukan wisata berbasis budaya dan alam atau "ecoculturism" untuk menjaga warisan budaya lokal sekaligus pelestarian lingkungan.

Penggagas wisata budaya dan alam di Desa Air Brau, Asra di Bengkulu mengatakan konsep wisata tersebut mulai dirintis sejak 2010 untuk memadukan pelestarian lingkungan dan warisan budaya masyarakat adat Melayu Gedang dan Melayu Kecil di wilayah itu.

"Kami secara swadaya sudah membangun Rumah Gedang sebagai museum berisi peninggalan budaya masyarakat adat," kata Asra.

Rumah Gedang yang dibangun pada 2014 itu berisi pakaian adat, keris, tombak dan pedang serta perkakas yang digunakan masyarakat setempat.

Wisata alam yang mengandalkan kegiatan alam liar difokuskan di Sungai Air Brau yang memiliki dua air terjun bernama mandi angin dan seembun.

Air terjun mandi angin setinggi 138 meter menjadi paket andalan dengan berbagai kegiatan lain seperti "hiking", "camping", "rock climbing" dan wisata memancing atau "fishing".

"Saat ini kami berusaha membangun tangga sepanjang 300 meter untuk akses menuju sungai," kata dia.

Pelestarian sempadan sungai juga menjadi fokus kelompok tersebut dengan merancang Peraturan Desa (Perdes) tentang Perlindungan Sempadan Sungai.

Kelompok masyarakat sepakat melestarikan sempadan sungai dengan menghijaukan sepanjang 100 meter dari tepi sungai dan dijadikan wilayah lindung.

"Kami menghijaukan sempadan sungai dengan menanam 7.000 batang mahoni dan kemiri," katanya.

Asra menambahkan, pengembangan wisata alam yang dipadu dengan budaya tersebut untuk melestarikan Sungai Air Brau yang merupakan sumber air bersih bagi masyarakat Kecamatan Pondok Suguh.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016