Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Warga Desa Lebong Tandai Kecamatan Napal Putih Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, mendesak pemerintah memperbaiki rel lori yang menjadi satu-satunya alat transportasi menuju desa di perbatasan Taman Nasional Kerinci Seblat itu.

"Kondisi rel sangat mengkhawatirkan karena banyak bagian-bagian yang hilang, sehingga membahayakan lori yang melintas di jalur itu," kata Nodhy, salah seorang warga desa itu.

Ia mengatakan selain dimakan usia, sebab merupakan sisa peninggalan Belanda yang mengambil emas di Lebong Tandai, bagian rel juga banyak yang hilang.

Minimnya perbaikan dari pemerintah daerah membuat masyarakat khawatir jika sewaktu-waktu motor lori ekspres atau warga menyebut "molek" bisa jatuh ke jurang yang banyak terdapat di lintasan rel.

"Sekarang ini masyarakat nekat menggunakan molek karena tidak ada alat transportasi lain, jalan menuju desa itu melintasi jurang-jurang dalam," paparnya.

Sekretaris Desa Lebong Tandai, Alimun mengatakan sudah berulangkali mengusulkan perbaikan rel kepada pemerintah daerah, namun belum ada tanggapan.

"Kami sudah mengusulkan perbaikan rel tapi belum ada jawaban dari pemerintah, sehingga masyarakat menggunakan apa yang ada sekarang," ucapnya.

Ia mengatakan rel sepanjang 35 kilometer yang menjadi akses satu-satunya bagi warga Lebong Tandai untuk masuk dan keluar desa membutuhkan perbaikan.

Apalagi kata dia, dalam kondisi darurat seperti warga yang melahirkan atau sakit dalam kondisi kritis harus dirujuk ke ibu kota kecamatan di Napal Putih.

Selama ini, dana program nasional pemberdayaan masyakat digunakan untuk membangun pelapis tebing, sebab sejumlah ruas jalan juga rawan longsor yang berpotensi membuat desa itu terisolasi.

"Tapi tahun ini kami tidak dapat lagi dana PNPM, jadi kami harapkan perbaikan rel bisa diakomodasi pemerintah kabupaten atau provinsi," ujarnya, berharap.

Saat ini terdapat perusahaan yang melakukan eksplorasi di sekitar desa itu yakni PT Bengkulu Utara Gold.

Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan menggunakan satu helikopter untuk mengangkut alat berat untuk kepentingan pengeboran.

"Perusahaan punya satu helikopter, sedangkan untuk mengangkut logistik menggunakan molek," tambahnya.

Desa Lebong Tandai dihuni 646 orang penduduk yang sebagian besar berprofesi sebagai penambang emas tradisional.

Masa kejayaan penambangan emas di desa ini dimulai pada 1910 ketika perusahaan Mijnbouw Maatschappij Simau milik Belanda masuk dan menguasai pertambangan emas. (rni)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012