Bengkulu (Antara) - Ribuan petani di Kecamatan Seluma Selatan dan Seluma Barat, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu mengalami kerugian akibat tak bisa menanam padi di areal seluas 500 hektare, karena pembangunan irigasi Bendungan Seluma molor dari jadwal yang ditentukan.

"Seharusnya pembangunan sudah tuntas sebelum petani masuk musim tanam akhir tahun ini, tapi ternyata molor tanpa alasan yang jelas," kata Ketua Kelompok Tani Air Pancur, Desa Padang Rambun, Herwan Saleh saat dihubungi dari Bengkulu, Senin.

Berdasarkan kalender kerja kata Herwan, proyek rehab irigasi senilai Rp11 miliar tersebut selesai dikerjakan pada September 2016. Namun, hingga kini proses pengerjaan belum tuntas sehingga air belum mengalir ke sawah-sawah petani.

Petani yang memiliki areal persawahan dari irigasi tersebut antara lain Desa Purbo Sari, Desa Air Latak, Desa Talang Perapat, Desa Talang Dantuk, Desa Dusun Baru, Dea Padang Rambun dan Desa Tanjung Seluai.

"Kerugian petani karena batal tanam dalam sekali musim tanam mencapai Rp13 miliar," ucap Herwan.

Perhitungan kerugian tersebut diperoleh dari asumsi produksi padi per hektare mencapai delapan ton dengan harga sebesar Rp4.500 per kilogram dengan biaya produksi sebesar Rp10 juta per hektare.

Saat ini kata dia, areal persawahan yang kering tersebut dibiarkan "tidur" oleh petani. Sebagian kecil petani mencoba menanam jagung di areal tersebut melalui program penanaman tanaman pangan yang digencarkan pemerintah.

Para petani tambah Herwan meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memutus kontrak perusahaan pelaksana proyek tersebut dan memasukkan kontraktor itu dalam daftar hitam.

"Kami juga akan menyurati Balai Sungai Sumatera VII tentang keterlambatan pengerjaan proyek tersebut agar mereka menegur kontraktor yang tidak tepat waktu," katanya.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016