Bengkulu (Antara) - Puluhan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu menggelar aksi seribu bunga yakni membagikan 1.000 tangkai bunga kepada pengendara yang melintas di Simpang Empat Polda Bengkulu untuk memperingati Hari Pahlawan 2016.

"Kami membagikan 1.000 batang bunga kepada masyarakat yang melintas di Simpang Empat Polda Bengkulu sekaligus mengajak mereka memperkuat rasa nasionalisme," kata Ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam (HIma-PSKI) IAIN Bengkulu, Ogi Sanjaya di sela-sela aksi di Simpang Empat Polda Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan aksi "seribu bunga" tersebut sebagai simbol untuk mengenang para pahlawan yang gugur memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Selain membagi 1.000 tangkai bunga berbahan kertas hasil kreasi mereka, para mahasiswa juga menggelar doa bersama di Taman Makam Pahlawan Balai Buntar, yang berjarak 100 meter dari lokasi aksi bagi-bagi bunga.

Ogi mengatakan peringatan Hari Pahlawan 2016 menjadi momentum bagi masyarakat Indonesia untuk mempertebal nasionalisme dan memperkokoh persatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Aksi bagi-bagi bunga tersebut mendapat perhatian dari pengguna jalan di jalur itu yang membalas pemberian bunga dari mahasiswa itu dengan senyuman.

Peringatan Hari Pahlawan di Provinsi Bengkulu juga diwarnai unjuk rasa dari Kelompok Cipayung yang merupakan gabungan dari lima organisasi kemahasiswaan luar kampus yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Aksi para mahasiswa dipusatkan di depan Kantor Sekretariat DPRD Provinsi Bengkulu di Jalan Batang Hari, Kota Bengkulu. Mereka menyampaikan beberapa tuntutan antara lain menyoroti kasus persidangan petani yang dituduh mencuri oleh perusahaan perkebunan sawit swasta.

Mahasiswa juga menuntut Kapolda Bengkulu menindak Kasat Sabhara Polres Kota Bengkulu yang dinilai melanggar kode etik kepolisian terkait penanganan aksi massa.

Para mahasiswa juga menyerukan penanganan terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menghentikan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Tuntutan lainnya dari para aktivis mahasiswa itu yakni meminta Gubernur Bengkulu, Ridwan Mukti menghentikan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pulau Baai karena mengancam kelestarian lingkungan serta meminggirkan para nelayan kecil.

"Kita masih menghadapi penjajahan dalam bentuk wajah-wajah baru berupa kemiskinan, penindasan dan kebodohan serta degradasi moral," kata Koordinator aksi dari Kelompok Cipayung, Irwin Simatupang.***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016