Bengkulu (Antarabengkulu.com) - Penggunaan rupiah pada setiap transaksi di NKRI menjadi salah satu bentuk pengakuan identitas kebangsaan. Sebagai negara maritim yang memiliki ribuan pulau, kedaulatan Indonesia seharusnya dijaga hingga pulau terluar, salah satunya dengan menggunakan uang rupiah dalam setiap transaksi.

Namun pada kenyataannya, transaksi ekonomi di pulau terluar ternyata masih banyak menggunakan uang rupiah yang tidak layak edar karena rusak ataupun lusuh. Hal seperti itu juga dapat kita lihat di pulau terluar Provinsi Bengkulu yakni Pulau Enggano, setidaknya ada sekitar 70 persen rupiah di sana kondisinya lusuh sehingga tidak layak edar.

"Kita butuh perjuangan ekstra untuk membawa uang baru sampai ke Pulau Enggano, mulai dari perjalanan, waktu mendistribusikan sampai dengan biaya yang harus dikeluarkan," kata Deputi Kepala BI Provinsi Bengkulu, Christin Sidabutar di Bengkulu baru-baru ini.

Namun BI ttidak menghitung untung rugi dalam menyediakan pecahan rupiah yang layak edar di pulau terluar Bengkulu tersebut.

Penyediaan rupiah baru yang layak edar merupakan bentuk tanggung jawab supaya masyarakat Enggano yang masih berada di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara itu bisa menggunakan uang rupiah yang layak sama seperti daerah lainnya, sehingga hadirnya Indonesia benar-benar terasa di tengah masyarakat terpencil.

Dalam perjalanannya agar sampai ke masyarakat Pulau Enggano, BI harus memberlakukan pengepakan khusus terhadap rupiah supaya tidak terjadi kerusakan, sebab akan menempuh jalur laut yang cukup lama.

Sebenarnya, BI memiliki dua pilihan dalam mendistribusikan rupiah ke Pulau Enggano, yakni menggunakan transportasi laut atau mekintasi udara dengan pesawat perintis Susi Air.

Kalau menggunakan pesawat perintis memang hanya membutuhkan waktu kurang dari dua jam, namun pecahan rupiah yang bisa dibawa menjadi terbatas, seperti uang koin tidak bisa banyak dibawa karena keterbatasan bagasi. Selain itu, BI juga tidak memiliki kendaraan operasional untuk mencapai pelosok di Pulau Enggano sehingga harus dibawa dari Bengkulu.

Oleh sebab itu, menggunakan transportasi laut menjadi pilihan utama, sebab selain membawa pecahan rupiah BI juga membawa satu unit mobil kas keliling yang digunakan sebagai alat transportasi mencapai seluruh daerah di pulau itu.

Jika di daerah Bengkulu lainnya, BI tidak harus berkeliling sampai ke pelosok, cukup dengan menyalurkan pecahan rupiah baru di pasar-pasar tradisional. Namun berbeda dengan Enggano, BI harus mengunjungi setiap sudut pulau karena di sana tidak memiliki pasar tradisional.

"Perjalanan menggunakan kapal itu tidak mudah, membutuhkan waktu 16 jam atau 32 jam pulang pergi, itu pun kalau cuacanya bagus, bahkan tidak jarang kapal putar arah kembali ke pelabuhan karena cuaca buruk di tengah laut," kata Christin.

Perjuangan tidak hanya dari Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu ke Pelabuhan Enggano saja, untuk mencapai pelosok BI harus berjuang menelusuri jalan bergelombang, tanah merah yang licin, genangan air maupun jalan berbatu.

Karena tidak ada pasar, BI harus mendatangi rumah masyarakat dari pintu ke pintu menanyakan apakah menyimpan uang lusuh atau rusak supaya bisa diganti dengan pecahan yang baru.

Satu kali perjalanan mendistribusikan rupiah membutuhkan waktu hingga satu minggu. Sebelum 2014, BI membawa uang pecahan cetakan baru ke Enggano sebanyak dua kali dalam setahun, dan pada  2014-2016 menjadi per triwulan. dua triwulan BI langsung yang datang ke Enggano dan dua triwulan lagi dititipkan ke Bank Bengkulu Cabang Pembantu di sana.

"Kita ingin lebih sering, tetapi waktu yang diperlukan cukup banyak, apalagi kapal yang berangkat kesana hanya sekali dalam satu minggu," pungkas Christin.



Merasakan Rupiah Emisi Baru

Pada 19 Desember 2016, BI berencana mengedarkan pecahan rupiah emisi keluaran 2016 ke seluruh penjuru Indonesia. Provinsi Bengkulu akan mendapatkan sebanyak 292 koli rupiah baru tersebut.

BI Perwakilan Bengkulu baru menerima informasi jumlah rupiah dalam satuan koli saja, sementara terkait modelnya seperti apa, pecahan apa saja yang akan diedarkan di Bengkulu dan berapa jumlah nominalnya, semua akan diinformasikan pada saat peluncuran rupiah emisi 2016.

Begitu juga dengan Pulau Enggano, masyarakat di sana juga akan merasakan bertransaksi dengan rupiah emisi baru, sama halnya dengan daerah lain di Indonesia.

Namun, kemungkinan rupiah emisi baru ini akan terlambat sampai di pulau terluar Bengkulu, sebab tidak cukup waktu jika harus didistribusikan pada Desember 2016.

BI Bengkulu merencanakan pecahan rupiah itu akan diedarkan di Pulau Enggano pada awal 2017. Selain masalah jarak, efisiensi waktu penarikan uang tidak layak edar juga menjadi pertimbangan. "Kalau kemarin baru ke Enggano, maka kurang efisien kalau kesana lagi dalam waktu yang tidak terlalu lama, jadi tidak banyak uang lusuh yang bisa kita serap," ucapnya.

Dari data per triwulan, biasanya BI membawa uang hasil cetak sempurna atau uang hasil cetak baru ke Enggano sebanyak Rp250juta--350 juta.

Pada April 2016, Enggano mendapatkan Rp263 juta pecahan rupiah hasil cetak baru, dan pada Agustus 2016 BI kembali membawa lagi sebanyak Rp353 juta, pecahan baru tersebut diedarkan untuk menggantikan uang lusuh atau rusak.

Pada April 2016 BI Bengkulu menarik uang lusuh atau tidak layak edar dari Enggano sebesar Rp142 juta, sementara yang masih layak edar sebanyak Rp120 juta. "Pada Agustus 2016, kita temukan sebanyak Rp169,7 juta yang tidak layak edar," ujarnya.

suasana Pulau Enggano: https://www.youtube.com/watch?v=WQeeUfhK7Hs

Gerakan Sayang Rupiah

Untuk menggantikan uang yang tidak layak edar dengan rupiah baru di Pulau Enggano membutuhkan waktu, perjuangan dan jarak tempuh yang cukup jauh. Banyak risiko selama perjalanan uang mencapai pulau terluar dari Provinsi Bengkulu ini. Mulai dari risiko tenggelamnya kapal, kerusakan uang selama perjalanan sampai potensi kriminal.

"Kita tidak tahu maksud dan tujuan orang, begitu banyak penumpang kapal, walaupun sudah dijaga pihak kepolisian tetapi tetap saja potensi kriminal itu ada," kata dia.

Sementara di Enggano sendiri, masyarakat terus membutuhkan uang rupiah layak edar sebagai alat pembayaran transaksi. Oleh sebab itu, Bank Indonesia mengajak masyarakat Enggano menggalakkan gerakan sayang rupiah, sehingga potensi uang lusuh, rusak atau pun tidak layak edar bisa ditekan.

BI meminta masyarakat tidak memperlakukan uang supaya umur pakainya menjadi lebih panjang. Hindari meremas uang, mencoret, melipat, apalagi mencucinya.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menyimpan uang dengan menggunakan tempat penyimpanan yang tidak membuat uang terlipat, contohnya menggunakan dompet yang sesuai dengan ukuran panjang dan lebar uang.

"Kita sering mendapatkan uang asing dan menjaganya dengan baik, seharusnya pada rupiah kita perlakukan lebih baik dari itu," ujar Christin.


BI Lebih Sering Hadir

Masyarakat Pulau Enggano sendiri mempunyai harapan yang tinggi terhadap Bank Indonesia agar lebih sering hadir dengan membawa berbagai program termasuk penyediaan penukaran uang lusuh dengan cetakan baru.

Seperti yang dikatakan oleh salah seorang masyarakat Enggano, Raffli Kaitora, selama ini BI hadir membawa pecahan rupiah baru ke pulau terluar Bengkulu itu hanya dua kali dalam satu tahun.

Sementara ekspektasi terhadap uang layak edar kata dia cukup tinggi di tengah masyarakat, ada sebuah kebanggaan tersendiri jika menggunakan uang baru atau uang yang kondisinya bagus dalam bertransaksi.

"Kami juga tidak memungkiri, di sini pulau terluar dan jauh, semuanya pun bergantung pada cuaca, setidaknya beberapa bulan sekali kami harap BI bisa ke Enggano, cari waktu saat cuaca bagus," kata dia.

Pulau Enggano hendaknya menjadi salah satu prioritas mengingat masih banyak uang lusuh yang digunakan masyarakat dalam bertransaksi. Bahkan uang dengan kualitas tidak layak edar pun masih ada yang digunakan sebagai alat pembayaran.

Masyarakat juga kesulitan jika harus ke Kota Bengkulu hanya untuk menukarkan uang lusuh dengan rupiah yang layak edar sebab jarak Enggano dan Kota Bengkulu membutuhkan 32 jam perjalanan pulang pergi menggunakan transportasi laut.

Mengenai akan ada pecahan rupiah emisi 2016 dan rencananya akan diedarkan BI pada 19 Desember 2016, Raffli berharap masyarakat di Pulau Enggano juga bisa segera merasakannya.

"Melihat jarak Kota Bengkulu--Enggano yang jauh, mungkin kami belum akan mendapatkan pada waktu peluncuran itu, tapi harapannya tidak terlalu lama sudah bisa menggunakan uang emisi baru ini," ujarnya. 





Pewarta: Boyke LW

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2016