Bengkulu (Antara) - Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (Mapetala) Bengkulu mengindentifikasi dan memetakan potensi wisata tambang emas tradisional di Desa Lebong Tandai, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

"Potensi tambang emas tradisional dan sejarah pertambangan emas tua ada di Lebong Tandai," kata Ketua Tim Pemetaan Ekowisata Desa Lebong Tandai Selvia Hayu Netra di Bengkulu, Selasa.

Penambangan emas tua di Lebong Tandai dimulai sejak masa kolonial Belanda dengan mendatangkan pekerja dari Provinsi Jawa Barat.

Keberadaan sejumlah infrastruktur pertambangan tua masih dapat disaksikan di desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Napal Putih itu.

Infrastruktur pertambangan emas yang merupakan peninggalan perusahaan milik kolonial Belanda tersebut mulai dari rel kereta pengangkut hasil tambang yang masih diandalkan sebagai transportasi utama menuju Lebong Tandai, yakni motor lori ekspres (molek).

"Transportasi andalan dan satu-satunya warga masyarakat menuju Lebong Tandai, yaitu molek merupakan peninggalan Belanda," ucapnya.

Lubang tambang bekas penggalian emas zaman Belanda masih dapat ditemui dan menjadi objek wisata sejarah penambangan emas tua.

Selain itu, penambangan emas tradisional yang dipraktikkan warga desa juga, menurut Selvia, menjadi salah satu daya tarik untuk membuat paket wisata ke desa tersebut.

"Kami mulai memetakan potensi wisata sejarah tambang tua dan tambang emas tradisional dan potensi wisata alam lainnya di sekitar desa," ucapnya.

Selain memetakan potensi wisata, tim juga memberikan penguatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan wisata desa yang berstatus desa tertinggal itu.

Desa Lebong Tandai dikenal sebagai kawasan penambangan emas sejak zaman kolonial Belanda pada 1910. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, tambang emas dan peninggalan berupa bangunan Belanda diambil alih oleh rakyat.***1***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017