Teheran, Iran (Antara) - Indonesia akan menanggapi secara emosional setiap penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina, kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Indonesia, Mohammad Saleh, di Teheran, Iran Rabu.

"Kalian tidak sendiri. Sekitar 90 persen dari lebih dari 200 juta masyarakat Indonesia adalah Muslim yang anti kolonialisme," kata Mohammad Saleh saat berpidato di hadapan peserta Konferensi Internasional Untuk Mendukung Intifada Palestina yang berlangsung di Teheran pada 21-22 Februari 2017.

Indonesia telah memiliki tujuh presiden yang tidak pernah berubah sikap dalam mendukung perjuangan Palestina untuk merdeka dan membangun negara Palestina, kata Ketua DPD, seraya menambahkan bahwa Indonesia menanti keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Sejak awal kemerdekaan Indonesia, Presiden pertama Indonesia, Sukarno,  negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia tersebut menolak kemerdekaan Israel pada 1948, kata Mohammad Saleh.

"Indonesia menentang kolonialisme dalam bentuk apapun dan sejak 1945 konsisten mendukung anti-kolonialisme yang tidak sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945," kata Ketua DPD.

Untuk itu, Presiden Sukarno pada 1955 mengundang pemimpin dunia termasuk pemimpin Palestina ke Konferensi Asia Afrika yang menghasilkan terbentuknya Gerakan Non-Blok, kata Mohammad Saleh.

"Gerakan tersebut dibentuk untuk membakar semangat dalam rangka menentang kolonialisme. Namun ironinya Palestina merupakan satu-satunya negara yang masih belum merdeka," katanya.

Menurut Ketua DPD, Indonesia berhutang moral kepada rakyat Palestina yang telah mendukung kemerdekaan Indonesia.

Untuk itu, pada kesempatan konferensi yang diikuti oleh sekitar 700 peserta dari 80 negara itu, Indonesia mengajak semua peserta untuk membantu masyarakat yang tertindas dengan tindakan yang lebih nyata demi tercapainya perdamaian di Palestina.***2***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017