Semarang, (ANTARA Bengkulu) - Sekitar 30.000 penderita kanker dari Indonesia menjalani pengobatan di Nanyang Tumour Hospital di Guangzhou, China, yang memadukan metode pengobatan medis (kedokteran Barat) dengan tradisional negara itu.
         
Wakil Presiden Nanyang Tumour Hospital, Prof Yu Zhenyang, usai pembukaan "Integrated Cancer Center" (ICC) di Rumah Sakin Ken Saras Kabupaten Semarang, Jateng, Kamis, mengatakan, jumlah total pasien dari luar negeri yang berobat di tempat itu selama 30 tahun terakhir sekitar 120 ribu orang, sedangkan 25 persen di antaranya berasal dari Indonesia.
         
"Mereka tidak hanya di Guangzhou tetapi juga ada di Beijing dengan kapasitas tempat tidur 650 unit," kata Yu Zheng Yang melalui seorang penerjemahnya.
         
Ia mengatakan, kerja sama antara rumah sakit itu, membuat RS Ken Saras untuk mengembangkan pengobatan kanker dan bisa menjadi pusat pengobatan kanker pertama di Indonesia.
         
"Pengobatan kanker dengan kualitas yang tinggi di sini tidak hanya untuk penderita dalam negeri (Indonesia) tetapi juga luar negeri terutama dari Singapura dan Malaysia," katanya.
         
Menurut dia, dari 120 ribu orang tersebut, selain penderita kanker dari Indonesia juga dari Singapura dan Malaysia.
         
"Kami ingin memberikan pelayanan pengobatan kualitas yang tinggi dengan adanya ICC di Rumah Sakit Ken Saras," katanya.
         
Ketika ditanya sejauh mana metode pengobatan tradisional China (TCM) mampu memberikan harapan hidup kepada penderita kanker, dia mengatakan, salah satu keunggulan dari metode TCM adalah bisa mengurangi efek samping dari pengobatan medis.
         
"Misalnya kalau penderita kanker akan rontok rambutnya maka TCM ini akan mengantisipasi hal itu," katanya.
         
Menurut dia, pengobatan dengan metode TCM tidak dengan cara obat tersebut diminum, akan tetapi bisa dilakukan dengan memasukkannya dalam infus atau cara yang lainnya.
         
Ia mengatakan, untuk penderita kanker dengan stadium dua tentunya hasilnya tidak terlalu signifikan, tetapi yang membedakan adalah kualitas hidup.
         
"Kalau untuk penderita kanker stadium tiga atau empat maka efektifitasnya bisa meningkatkan 25 persen kualitas hidup yang lebih baik," katanya.
         
Ia mencontohkan, kalau obat-obatan untuk kekebalan tubuh biasanya digunakan sebelum makan tetapi kalau dengan cara itu setelah makan.
         
Kasus penderita kanker baru, menurut Departemen Kesehatan pada 2000 adalah 100 orang per 100 ribu penduduk per tahun dan diperkirakan akan meningkat menjadi tiga kali lipat pada 2030 dengan meningkatnya usia harapan hidup, gaya hidup, dan perubahan faktor lingkungan.
         
Penderita kanker terbanyak menurut hasil penelitian adalah kanker serviks uteri kurang 31 persen, kanker payudara kurang dari 23 persen, kanker nasofering kurang dari 20 persen, kanker kolorektal, paru, limforma, kulit, tiroid, dan selebihnya berbagai macam kanker yang lain. (ant)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012