Jakarta (Antara) - Bayi yang kekurangan hormon tiroid karena kelenjar tiroidnya mengalami gangguan sejak lahir akan memengaruhi pertumbuhan fisik maupun otak anak, kata Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman Bhakti Pulungan Sp(A)K FAAP.

"Mielinisasinya terganggu, jadi yang pembungkus-pembungkus saraf ini terganggu sehingga semuanya lambat termasuk otaknya, jantungnya," kata Aman di Jakarta, Jumat.

Dia melanjutkan gangguan tersebut terjadi secara keseluruhan termasuk pergerakan fisik, hingga mengganggu pendengaran.

Kekurangan hormon tiroid pada anak, Hipotiroid Kongenital (HK), dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan gangguan perilaku pada anak-anak. 

Selain itu gangguan tiroid sejak lahir juga dapat mengakibatkan retardasi mental dan IQ yang rendah sehingga bisa berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa.

Aman mengemukakan penelitian yang menyebutkan anak dengan HK rata-rata memiliki IQ di bawah 80 dan hanya 2 persen anak yang memiliki IQ di atas 80.

Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengatakan bayi yang terlahir dengan gangguan tiroid akan memperhambat pertumbuhan otak dan tulang anak.

Eni mencontohkan kasus anak usia tiga tahun yang mengidap HK hanya setinggi 64 centimeter.

"Oleh karena itu penting untuk melakukan "screening" setelah bayi lahir," tegas Eni.

Dia mengatakan idealnya anak dilakukan pengecekan gangguan tiroid pada usia 48-72 jam pascakelahiran. Jika dilakukan lebih cepat dari waktu tersebut kemungkinan anak masih memiliki tiroid dari ibu.

Di Indonesia, kata Eni, masih sangat sedikit masyarakat maupun fasilitas dan tenaga kesehatan yang melakukan pengecekan tiroid pascakelahiran.

Eni menyebut faktor utama tidak dilakukannya pengecekan tiroid karena masyarakat yang tidak mau anaknya diambil darah melalui telapak kaki untuk kepentingan pengecekan. ***4***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017