Bengkulu (Antara) - Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu menyebutkan bayi di bawah umur lima tahun (balita) di daerah itu rawan "stunting" atau kejadian perawakan pendek akibat kesalahan pola asuh.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Herwan Antoni di Bengkulu, Senin, mengatakan bahwa masih banyak orang tua, khususnya ibu, yang belum mengetahui pola asuh yang tepat setelah melahirkan.

"Terlalu menganggap sepele, khususnya untuk asupan bayi, sehingga akhirnya bermasalah terhadap tumbuh kembangnya," kata Herwan.

Orang tua bayi, lanjut dia, kurang memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk pemberian ASI eksklusif.

"Begitu pula, makanan pengganti yang tepat, kadang tidak jarang orang tua memberikan makan yang asal mengenyangkan bayi. Namun, sesungguhnya tldak tepat untuk umur si bayi," katanya lagi.

Kesalahan pola asuh ini, menurut dia, berisiko lebih buruk lagi terhadap balita, yakni mengakibatkan gizi buruk, bahkan kematian.

"Inilah kita terus berupaya menekan angka gizi buruk dan kematian akibat kesalahan pola asuh, yakni dengan berbagai sosialisasi dan melakukan pendampingan bagi ibu sejak masa kehamilan melalui posyandu," ucapnya.

Angka "stunting" dan gizi buruk sendiri, dia mengatakan bahwa Provinsi Bengkulu sebenarnya masih tercatat relatif cukup baik, berada di bawah 5 persen atau di bawah angka nasional.

"Temuan gizi buruk di setiap kabupaten dan kota di bawah lima orang, bahkan ada yang tidak ditemukan sama sekali," ujarnya.***4***

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017