Istana Wakil Presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Sabtu malam (7/7) tampak tak seperti biasanya.

Malam itu sebuah panggung lengkap dengan wayang kulit, musik tradisionalnya serta layar terlihat berdiri kokoh di halaman Istana yang telah dibangun sebuah tenda raksasa.

Saat itu Sekretariat Wakil Presiden punya gawe, yaitu mengadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Cahyo Kuntadi yang berasal dari Blitar, Jawa Timur.

Sekretaris Wakil Presiden Mohamad Oemar mengatakan, pagelaran wayang kulit ini merupakan bentuk nyata dalam melestarikan budaya wayang kulit sekaligus untuk menghibur masyarakat yang gemar terhadap seni tradisional tersebut.

"Kegiatan ini juga untuk pertama kali dalam sejarah sebuah pagelaran wayang kulit diadakan di Istana Wapres," kata Oemar yang malam itu bertindak sebagai ketua panitia pnyelenggara.

Acara yang dimulai sekitar pukul 20.30 WIB atau molor sekitar 30 menit tersebut, tak ayal menjadikan Istana Wakil Presiden disesaki oleh warga sekitar yang gemar menikmati wayang kulit.

Mulanya pengamanan saat masuk istana seperti biasa sangat ketat. Pasukan Pengaman Presiden atau Paspamres hanya mengizinkan tamu dengan membawa undangan yang boleh masuk halaman istana.

Tapi saat malam kian larut dan saat dalang sudah memainkan lakonnya, arus masyarakat yang tak memiliki undangan dan berhasrat masuk Istana untuk menyaksikan wayang kulit tak terbendung.

Hingga pukul 01.00 Minggu (8/7), arus masyarakat yang ingin menyaksikan dan masuk halaman Istana terus mengalir sehingga Paspamres pun tak mampu menghadang keinginan mereka.

Tapi ada syarat saat masyarakat yang ingin nonton wayang di halaman Istana, yaitu sebelum masuk harus meninggalkan identitas seperti KTP atau SIM dan harus melewati "metal detector" untuk mengetahui apakah membawa alat-alat berbahaya atau tidak.

Pengamanan tingkat tinggi tetap dilakukan oleh Pasmpamres mengingat sampai larut malam pun, Wakil Presiden Bodiono dan Ibu Herawati Boediono masih asyik menyaksikan wayang kulit dengan cerita "Pendowo Boyong" tersebut.

"Walaupun saya tinggal di Kebon Sirih,  saya baru sekali ini masuk halaman Istana Wapres dan kebetulan juga saya suka wayang kulit," kata Suroto (61) saat datang bersama dua orang anaknya.

Soal pakaian dan alas kaki, Paspampres sepertinya memberi kelonggaran bagi tamu yang datang ke istana asalkan tidak membawa senjata tajam dan bahan peledak.

Seperti diketahui jangan coba-coba datang ke Istana Wapres menggunakan kaos oblong, celana jins dan sandal jepit. Siapa pun yang berpenampilan seperti itu sejak dari pintu masuk sudah disusir oleh Pasmpampres,

                                     Lama direncanakan
Wakil Presiden Boediono dan Ibu Herawati Boediono menyaksikan pagelaran ini bersama dengan sejumlah pejabat pemerintah antara lain Menteri Keuangan Agus Martowardojo dan istri, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan istri, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ainun Na'im dan sejumlah pejabat di lingkungan Sekretariat Wakil Presiden.

Dalam sambutannya, Wapres mengatakan ia gembira dengan pagelaran yang sudah sejak lama ia jadwalkan untuk digelar.

"Masalah pelestarian budaya terutama wayang kulit sangat perlu mendapat perhatian dan saya mendukung sepenuhnya upaya-upaya pelestarian seperti mengadakan festival wayang atau dalang secara reguler dan lainnya," kata Wapres.

Wapres menyampaikan penghargaan tinggi terhadap Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) yang telah memberikan sumbangan besar pada pelestarian wayang di Tanah Air.  

Perihal lakon Pandowo Boyong, Wapres mengatakan bahwa lakon itu bukan ia yang memilih namun hasil rembukan antara Pepadi dan kantor Sekretariat Wakil Presiden sebagai penyelenggara pagelaran.

Boediono sendiri mengaku belum pernah mengikuti cerita Pandowo Boyong sebelumnya.

"Tapi dari cerita-cerita, ini intinya tentang pembangunan kembali Astina pascaperang. Pandawa dua kali membangun Astina. Sekali saat mereka pertama kali membangun negeri itu untuk diri mereka sendiri. Yang kedua adalah membangun Astina bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk generasi yang akan datang," kata Wapres.

Sebagai tanda dimulainya pagelaran, Wapres Boediono menyerahkan wayang Bima kepada Dalang Ki Cahyo Kuntadi  yang membawakan cerita.

Salah satu keunikan pergelaran itu adalah dari lima sinden yang ikut meramaikan agelaran ini dua diantaranya adalah sinden Hiromi Kano dari Jepang, Sinden Agnes Serfozo dari Hongaria, disamping ada juga pelawak Kirun.  

Ketua Umum Pepadi Ekotjipto menilai dengan menanggap wayang di pelataran kantornya sendiri Wapres Boediono telah membuktikan bahwa dirinya adalah pencinta wayang sejati.

"Kami sudah beberapa kali mendengar bahwa waktu kecil beliau suka menonton wayang. Dibangunkan tengah malam oleh ayahnya untuk ikutan menonton. Mengapa tengah malam karena pada saat itulah mulai keluar petuah-petuahnnya," kata Ekotjipto.

Ia berharap, semangat Wapres dalam melestarikan wayang semoga bisa diabadikan menjadi sebuah tren setidaknya setahun sekali.

Ia juga berharap semangat yang sama menulari kementerian-kementerian lain. Saat ini minat pada seni pewayangan semakin menipis sehingga perlu upaya regenerasi yang optimal melalui sistem pendidikan.  

"Yang kita bicarakan bukan saja wayang Jawa, tapi wayang Indonesia. Ada wayang Bali, wayang Lombok, wayang Palembang, wayang Banjar," kata Ekotjipto.

Menurut dia, salah satu upaya yang dilakukan Pepadi adalah setiap tahun mengadakan festival dalang bocah yang tujuannya untuk  mendorong kecintaan anak-anak terhadap profesi dalang.

Pihaknya, katanya, dalam posisi mengawal tradisi seni wayang agar tetap lestari dan menjaga agar mata rantai generasi pedalangan tidak putus begitu saja.

"Festival itu merupakan salah satu upaya kami dalam mewujudkan cita-cita tersebut dengan tujuan mencari bibit generasi penerus pedalangan nusantara," kata Eko.

Festival Dalang Bocah tingkat nasional diselenggarakan setiap tahun dan diadakan di berbagai kota sejak 2008, sedangkan festival serupa tingkat daerah juga dilaksanakan oleh Pepadi provinsi dan kabupaten/kota. (ANT)

Pewarta: Ahmad Wijaya

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012