Bengkulu (Antara) - Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu, Dede Hartono mengatakan abrasi atau pengikisan daratan Pulau Tikus mengancam kelestarian sejumlah jenis penyu yang naik bertelur ke pulau berjarak sembilan kilometer dari Kota Bengkulu itu.

"Pulau Tikus itu merupakan `spawning ground` atau tempat bertelur penyu yang sangat baik dan strategis, tapi sayang ancaman abrasi sangat tinggi," kata Dede di Bengkulu, Rabu.

Ia mengatakan abrasi akibat kenaikan muka air laut dan kerusakan pesisir membuat luas daratan Pulau Tikus terus menyusut.

Luas awal daratan pulau yang dimiliki Dirjen Perhubungan Laut dengan itu adalah dua hektare, namun kini tersisa 0,6 hektare.

Kehilangan daratan tersebut secara langsung kata Dede berpengaruh terhadap kelestarian atau keberlanjutan penyu yang rutin singgah untuk bertelur di pulau tersebut.

"Perlu upaya mengatasi abrasi di Pulau Tikus sehingga daratan pulau itu tidak habis dikikis ombak," kata dia.

Penjaga suar sekaligus penangkar penyu Pulau Tikus, Feri Aurora mengatakan pada Mei lalu sebanyak enam ekor penyu sisik (Eretmochelys imbricata) naik ke daratan Pulau Tikus, untuk bertelur.

"Kami temukan enam sarang dengan jumlah telur mencapai 620 butir," kata Feri.

Ia mengatakan enam penyu itu naik ke daratan dalam dua malam berturut-turut untuk bertelur. Setelah mengamati proses bertelur untuk pengamanan, Feri memindahkan ratusan telur tersebut untuk dieramkan di lokasi yang lebih aman.

"Kalau dibiarkan di tepi laut bisa terbawa gelombang pasang, atau dimangsa binatang lain," katanya.

Setelah telur tersebut menetas, tukik atau anak penyu itu kembali dilepasliarkan ke perairan Bengkulu.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017