Bengkulu (Antara) - Warga Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu prihatin dengan kondisi bangunan shelter antisipasi tsunami yang dibangun menggunakan dana pusat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tidak terawat dan tidak berfungsi optimal.

"Padahal pembangunan gedung ini menghabiskan dana Rp9,6 miliar dengan pekerjaan kurun waktu 1 tahun," kata Koordinator Kelompok Siaga Bencana Tingkat Desa (Sibad) Kelurahan Teluk Sepang, Lovi Antoni di Bengkulu, Senin.

Walaupun belum ada serah terima resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ke pemerintah daerah, gedung yang mampu menampung 3.000 orang itu sudah digunakan sebagai tempat pertemuan warga.

Namun, sayang gedung megah dan mahal itu kurang terurus dan terawatt sehingga banyak fasilitas yang sudah rusak dan dicuri.

Fasilitas yang ada seperti instalasi listrik tenaga surya sebagai sumber penerangan , kabel listrik, sirine, lampu, mesin air, kaca jendela, anti petir sudah rusak dan sebagian hilang dicuri orang tak bertanggungjawab.

"Lebih miris lagi, gedung yang tidak dijaga ini dijadikan tempat berkumpul remaja yang mengkonsumsi komik dan menghisap lem. Kami temukan banyak bungkus komix di lantai atas," katanya.

Warga mengharapkan, pemerintah segera mengalihkan pengelolaan gedung tersebut kepada masyarakat sehingga ada pihak yang bertanggungjawab mengamankan.

Kelurahan Teluk Sepang masuk dalam zona merah rawan tsunami karena berada di pesisir Kota Bengkulu.

Pemerintah melalui BNPB menggelontorkan dana miliaran untuk membangun shelter tempat evakuasi tsunami di tengah permukiman warga di kelurahan itu.

Namun, sejak dibangun pada akhir 2014, bangunan itu belum dimanfaatkan optimal dengan alasan belum diserahterimakan dari BNPB kepada pemerintah daerah.***4***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017