Bengkulu (Antara) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu merekomendasikan sistem pertanaman campuran atau polikultur antara tanaman kayu bawang (Dysoxylum mollissimum) dengan kelapa (Cocos nucifera) yang terbukti menunjukkan pertumbuhan yang optimal.

"Kami meneliti sistem polikultur kayu bawang dengan kelapa dan hasilnya pertumbuhan cukup baik," kata Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu, Efra Tenta Sembiring di Bengkulu, Rabu.

Penelitian itu kata dia dibandingkan dengan polikultur kayu bawang dengan kelapa sawit di mana hasil yang ditunjukkan polikultur kayu bawang-kelapa lebih baik pertumbuhannya.

Kayu bawang adalah tanaman hutan unggulan lokal Bengkulu yang telah lama dimanfaaatkan untuk memenuhi kebutuhan kayu pertukangan dan furniture. Kayu ini memiliki batang lurus dan tergolong jenis cepat tumbuh.

"Walaupun pertumbuhannya cepat tetapi kualitas kayunya baik. Kayunya beraroma seperti bawang dan terasa pahit," kata Efra.

Kayu bawang kata Efra memiliki ketahanan tingkat B terhadap serangan rayap,artinya tingkat ketahanan kayu cukup tahan terhadap serangan rayap. Tanaman ini sudah lama dibudidayakan masyarakat dengan sistem monokultur dan polikultur.

Pada umumnya lanjutnya, tanaman ini dibudidayakan dengan sistem agroforestri, yang mengkombinasikan kayu bawang dengan tanaman pertanian, seperti kopi, karet, coklat, sawit dan kelapa.

"Sistem ini masih sangat sederhana atau tradisional dengan produksi yang rendah karena tidak mempertimbangkan jarak tanam, akhirnya pertumbuhan kayu sangat beragam," ucapnya.

Atas kondisi ini, Efra meneliti pertumbuhan kayu bawang yang ditanam di bawah tegakan perkebunan rakyat yaitu perkebunan kelapa dan kelapa sawit.

Dari hasil penelitian ini didapatkan persentase hidup dan jumlah tanaman normal dari bibit kayu bawang yang ditanam lebih tinggi pada sistem polikultur kayu bawang-kelapa dibanding polikultur kayu bawang-kelapa sawit.

Efra mengharapkan hasil penelitian ini dapat dipraktikkan para petani di Provinsi Bengkulu sehingga kayu bawang bisa memenuhi kebutuhan kayu bangunan di daerah ini sekaligus menambah pendapatan masyarakat.

"Kami sudah coba praktikkan di Desa Riak Siabun Kabupaten Seluma dan hasilnya cukup optimal, dalam 10 tahun sudah bisa dipanen kayunya," katanya.***3***

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2017