Rejang Lebong (Antaranews Bengkulu) - Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan (Distankanak) di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu akan membentuk tim untuk memantau perkembangan harga jual beras di wilayah itu.

Kepala Distankanak Rejang Lebong Akhmad Rifai di Rejang Lebong, Rabu, mengatakan pembentukan tim pemantauan harga beras ini akan dilakukan bersama dengan petugas dari Bulog Subdivre Rejang Lebong, Disperindagkop dan UKM, Satpol-PP, dan pihak kepolisian setempat. 

"Pembentukan tim tersebut akan kami laksanakan dalam minggu ini. Nantinya tim ini AKAN turun ke lapangan guna mengecek persediaan maupun penjualan beras ke pasar-pasar yang tujuannya untuk mengatasi kenaikan harga beras yang terjadi belakangan ini," katanya. 

Adanya lonjakan harga beras yang terjadi di Tanah Air dalam beberapa pekan belakangan, menurut perkiraannya, akibat adanya permainan spekulan beras di berbagai daerah dan tidak menutup kemungkinan juga terjadi di Rejang Lebong sehingga harus dilakukan pengawasan yang ketat. 

"Kemungkinan ada spekulan yang bermain dengan melakukan penimbunan beras dan menjual kembali dengan harga yang tinggi, karena untuk stok beras di Rejang Lebong masih dalam kategori aman," ujarnya. 

Guna mengatasi lonjakan harga beras ini pihaknya sudah merencanakan akan menggelar operasi pasar guna menekan harga beras, mengingat musim panen di wilayah itu di perkirakan baru akan terjadi pada bulan Februari dan Maret mendatang. 

Luasan sawah produktif di Rejang Lebong, ujar dia, saat ini mencapai 9.982 hektare yang didukung pengairian irigasi yang memadai. Sedangkan untuk lahan pertanian tadah hujan berkisar antara 300 hingga 600 hektare. 

Suhartini (53), salah seorang petani padi di Desa Cawang Lama, Kecamatan Selupu Rejang menyebutkan saat ini harga beras di tingkat petani sudah berkisar Rp170.000 per kaleng ukuran 16 kg atau Rp10.625 per kg. Harga beras ini mengalami kenaikan Rp10.000-15.000 per kaleng dari sebelumnya. 

"Harga beras itu merupakan harga di tingkat petani, sedangkan kalau di penggilingan sudah lain lagi, dan di warung sudah berkisar Rp185.000 per kaleng. Padi yang kami jemur ini bukan untuk di jual, tetapi untuk di makan sendiri," ujar Suhartini. 

Sebanyak ratusan hektare sawah di Desa Cawang Lama, kata dia, saat ini belum ada yang panen karena di daerah itu baru masuk musim tanam. Tanaman padi mereka ini diperkirakan baru akan masuk musim panen pada Maret dan April mendatang.***3***

Pewarta: Nur Muhammad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018