Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Badan Pusat Statistik merilis bahwa transportasi udara menjadi penyumbang tertinggi deflasi Provinsi Bengkulu pada Februari 2018.

"Bengkulu mengalami deflasi bulanan sebesar minus 0,3 persen (mtm) pada Februari 2018, hal ini karena kelompok transportasi udara dan komunikasi mengalami deflasi cukup dalam sebesar minus 1,04 persen (mtm)," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bengkulu, Budi Hardiyono di Bengkulu, Kamis.

Atau menurut dia, transportasi udara memberikan andil deflasi sebesar 0,2 persen (mtm), angka ini menjadi angka terendah beberapa bulan belaka untuk deflasi sektor ini, biasanya penerbangan komersial Bengkulu selalu mendorong angka inflasi menjadi lebih tinggi.

"Semenjak dibukanya rute baru Bengkulu untuk angkutan udara, harga tiket menjadi lebih bersaing, murah dan stabil," kata dia.

Sebelumnya, inflasi sektor transportasi udara ini diakibatkan oleh fluktuatifnya tarif angkutan udara, karena minimnya persaingan antar maskapai. Selain itu, rute Bengkulu--Jakarta menjadi sangat padat oleh penumpang transit, karena belum dibukanya rute baru.

"Kepadatan salah satu rute mengakibatkan harga tiket menjadi melonjak, oleh sebab itu selama ini transportasi udara menjadi penyumbang inflasi terbesar," ucapnya.

BPS Bengkulu mencatat tidak hanya trasportasi udara saja yang mengalami deflasi, kelompok lain, seperti bahan pangan juga mengalami deflasi minus 0,62 persen pada Februari.

Namun lima kelompok lainnya dicatat mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi pada 0,1 persen (mtm), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,11 persen, sandang 0,27 persen, kesehatan 0,09 persen dan kelompok pendidikan serta rekreasi sebesar 0,005 persen (mtm).

Pewarta: Boyke ledy watra

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018