Jakarta (Antaranews Bengkulu)- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menilai sistem penilaian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan penilaian yang baru justru menguntungkan siswa.
"Jadi ini tidak merugikan justru menguntungkan. Justru yang kita yang betul-betul berkualitas, yang pada ranking pertama," ujar Nasir di Jakarta, Selasa.
Dia memberi contoh terdapat dua peserta yang lolos dan mendapatkan nilai 80, namun yang diterima hanya satu siswa. Maka sulit untuk mengetahuinya, karena nilainya sama.
"Maka melalui analisis tingkat kesulitan, nanti bisa diketahui mana yang lebih banyak menjawab soal yang sulit dan mana yang tidak, maka yang banyak menjawab soal yang sulit yang lebih tinggi nilainya".
Menristekdikti menilai jika soal yang sulit dan mudah diberikan bobot yang sama, maka tidak ada keadilan dalam nilai. Kemudian sistem penilaian lama yang menerapkan nilai empat untuk soal yang benar, kemudian nol untuk tidak menjawab dan minus satu untuk jawaban yang salah, maka terdapat unsur penjudian atau "gambling".
"Sekarang karena nilainya nol sampai satu, maka nilai diolah berdasarkan tingkat kesulitan calon mahasiswa. Mana yang tingkat kesulitannya tinggi ini akan diberikan nilai yang sangat tinggi, kalau nilainya rendah nilainya turun dari satu. Ini supaya keadilan itu ada".
Dia berharap melalui sistem seperti ini tidak terjadi unsur perjudian dan tidak merugikan siswa.
"Ini namanya sistem penilaian berdasarkan kesulitan soal, setiap soal ada skornya. Siapa yang memberikan skor, ya berdasarkan hasil analisis".
Karakteristik
Sementara itu,Sekretaris Panitia Pusat SN-PMB PTN, Prof Joni Hermana, mengatakan metode penilaian pada SBMPTN tidak hanya memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh peserta, tetapi juga memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya tingkat kesulitan dan sensitivitasnya dalam membedakan kemampuan peserta.
Metode penilaian oleh panitia pusat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan memberi skor stau pada setiap jawaban yang benar dan nol untuk setiap jawaan yang salah atau tidak dijawab.
Tahap dua dengan menggunakan Teori Response Butir, maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya, diantaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola respon jawaan seluruh peserta tes 2018.
"Dengan menggunakan model matematika, maka dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang maupun sulit".
Tahap ketiga adalah karakteristik soal yang diperoleh pada tahap dua, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta. Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot lebih tinggi dibanding soal yang lebih mudah. Tahap-tahap penghitungan skor dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi dibidang pengujian, pengukuran dan penilaian.
"Melalui sistem ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab soal yang sama dan benar dapat memperoleh nilai yang berbeda, tergantung pada soal mana saja yang mereka jawab dengan benar," kata Joni lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Jadi ini tidak merugikan justru menguntungkan. Justru yang kita yang betul-betul berkualitas, yang pada ranking pertama," ujar Nasir di Jakarta, Selasa.
Dia memberi contoh terdapat dua peserta yang lolos dan mendapatkan nilai 80, namun yang diterima hanya satu siswa. Maka sulit untuk mengetahuinya, karena nilainya sama.
"Maka melalui analisis tingkat kesulitan, nanti bisa diketahui mana yang lebih banyak menjawab soal yang sulit dan mana yang tidak, maka yang banyak menjawab soal yang sulit yang lebih tinggi nilainya".
Menristekdikti menilai jika soal yang sulit dan mudah diberikan bobot yang sama, maka tidak ada keadilan dalam nilai. Kemudian sistem penilaian lama yang menerapkan nilai empat untuk soal yang benar, kemudian nol untuk tidak menjawab dan minus satu untuk jawaban yang salah, maka terdapat unsur penjudian atau "gambling".
"Sekarang karena nilainya nol sampai satu, maka nilai diolah berdasarkan tingkat kesulitan calon mahasiswa. Mana yang tingkat kesulitannya tinggi ini akan diberikan nilai yang sangat tinggi, kalau nilainya rendah nilainya turun dari satu. Ini supaya keadilan itu ada".
Dia berharap melalui sistem seperti ini tidak terjadi unsur perjudian dan tidak merugikan siswa.
"Ini namanya sistem penilaian berdasarkan kesulitan soal, setiap soal ada skornya. Siapa yang memberikan skor, ya berdasarkan hasil analisis".
Karakteristik
Sementara itu,Sekretaris Panitia Pusat SN-PMB PTN, Prof Joni Hermana, mengatakan metode penilaian pada SBMPTN tidak hanya memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh peserta, tetapi juga memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya tingkat kesulitan dan sensitivitasnya dalam membedakan kemampuan peserta.
Metode penilaian oleh panitia pusat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan memberi skor stau pada setiap jawaban yang benar dan nol untuk setiap jawaan yang salah atau tidak dijawab.
Tahap dua dengan menggunakan Teori Response Butir, maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya, diantaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola respon jawaan seluruh peserta tes 2018.
"Dengan menggunakan model matematika, maka dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang maupun sulit".
Tahap ketiga adalah karakteristik soal yang diperoleh pada tahap dua, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta. Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot lebih tinggi dibanding soal yang lebih mudah. Tahap-tahap penghitungan skor dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi dibidang pengujian, pengukuran dan penilaian.
"Melalui sistem ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab soal yang sama dan benar dapat memperoleh nilai yang berbeda, tergantung pada soal mana saja yang mereka jawab dengan benar," kata Joni lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018