Padang (Antaranews Bengkulu) - Puluhan warga yang tergabung dalam Masyarakat Sipil Sumatera Barat Anti Korupsi menuntut Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mengungkap kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.

"Satu tahun kasus ini berjalan namun sepertinya pihak kepolisian maupun institusi negara tidak memiliki niat serius dalam mengungkap kasus ini," kata perwakilan Masyarakat Sipil Sumatera Barat Anti Korupsi Hendriko Arizal di Padang, Rabu.

Ia mengatakan aksi damai yang dilakukan di Tugu Gempa Kota Padang itu bertujuan untuk menyuarakan kegelisahan masyarakat Sumbar dan nasional tentang pengungkapan kasus ini.

"Kami menggagas aksi ini agar masyarakat tidak lupa akan kasus ini karena kita cenderung lupa akan masalah-masalah yang dihadapi secara bersama," ujarnya.

Menurut dia, pelemparan air keras kepada Novel Baswedan ini merupakan ancaman serius terhadap upaya pemberantasan korupsi di tanah air.

"Pemerintah harus bersikap tegas dalam mengusut serta mengungkap aktor intelektual di balik serangan tersebut," katanya.

Menurut dia, penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan, terjadi tepat satu tahun yang lalu.

Pada 11 April 2017, Novel disiram air keras oleh orang tidak dikenal saat pulang dari menjalankan shalat subuh.

Aksi ini diduga kuat erat kaitannya dengan kasus korupsi e-KTP yang tengah diusut KPK.

"Teror terhadap Novel merupakan ancaman terhadap agenda pemberantasan korupsi," ujarnya.

Kasus novel ini, setidaknya membuktikan bahwa negara telah gagal dalam memberikan rasa aman dan perlindungan bagi siapa pun yang bekerja untuk melawan korupsi di Indonesia.

"Melalui aksi ini kami memberi dukungan terhadap Novel Baswedan dan meminta agar pemerintah serius mengungkap kasus ini," katanya.

Aksi menuntut keadilan untuk Novel Baswedan ini juga diiringi dengan pembacaan puisi, musikalisasi puisi dan lainnya.

Pewarta: M R Denya Utama

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018