Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Organisasi Cahaya Perempuan "Women`s Crisis Center" Provinsi Bengkulu mengajak kandidat yang maju pada Pilkada Kota Bengkulu 2018 agar lebih peduli dan memahami persoalan perempuan.
"Kami pun mengajak agar seluruh pemilih, khususnya pemilih perempuan melihat dengan kritis agenda politik para calon, dan memilih mereka yang mendukung agenda perubahan posisi perempuan," kata Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan WCC Bengkulu Artety Sumeri di Bengkulu, Selasa.
Kurun waktu belakang ini, katanya, banyak persoalan mendesak terkait perempuan yang butuh penanganan dan perlindungan, khususnya tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Kondisi belakangan membuat perempuan enggan bahkan takut memeriksakan kesehatan reproduksi seperti tes IVA, Pap Smear, SADARI, serta SADARNIS. Sebagian memang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran kritis perempuan atas kesehatan tubuhnya, namun kurang ramahnya lembaga layanan terhadap perempuan juga tidak luput menjadi penyebabnya.
Dari catatan 2016 dan 2017 masih ditemukan angkan kematian ibu walaupun setiap tahunnya memang mengalami penurunan. Sementara kekerasan terhadap perempuan terbilang cukup tinggi, bahkan untuk se-Provinsi Bengkulu jumlahnya lebih 200 kasus.
Begitu juga dengan angka perceraian serta pernikahan dini. Tidak hanya itu saja, persoalan perempuan juga merambah ke permasalahan gizi keluarga sebab hal ini dianggap merupakan beban kerja kaum perempuan.
"Perempuan menjadi disalahkan dan bertanggung jawab atas masalah gizi anak, seperti stunting, malnutrisi, anemia, dan lainnya. Bahkan juga atas perselingkuhan dan poligami," katanya.
Semua permasalahan ini bukanlah perihal sederhana, dan hanya kepala daerah yang benar-benar peduli terhadap perempuan lah yang mampu memberikan solusi-solusi terbaik pada periode kepemimpinan mereka.
"Salah satu upaya memperjuangkan agar nantinya persoalan ini menjadi salah satu agenda prioritas, maka kami berupaya untuk membawanya sebagai kontrak politik dengan kandidat," ujar Artety menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Kami pun mengajak agar seluruh pemilih, khususnya pemilih perempuan melihat dengan kritis agenda politik para calon, dan memilih mereka yang mendukung agenda perubahan posisi perempuan," kata Direktur Eksekutif Cahaya Perempuan WCC Bengkulu Artety Sumeri di Bengkulu, Selasa.
Kurun waktu belakang ini, katanya, banyak persoalan mendesak terkait perempuan yang butuh penanganan dan perlindungan, khususnya tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi.
Kondisi belakangan membuat perempuan enggan bahkan takut memeriksakan kesehatan reproduksi seperti tes IVA, Pap Smear, SADARI, serta SADARNIS. Sebagian memang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran kritis perempuan atas kesehatan tubuhnya, namun kurang ramahnya lembaga layanan terhadap perempuan juga tidak luput menjadi penyebabnya.
Dari catatan 2016 dan 2017 masih ditemukan angkan kematian ibu walaupun setiap tahunnya memang mengalami penurunan. Sementara kekerasan terhadap perempuan terbilang cukup tinggi, bahkan untuk se-Provinsi Bengkulu jumlahnya lebih 200 kasus.
Begitu juga dengan angka perceraian serta pernikahan dini. Tidak hanya itu saja, persoalan perempuan juga merambah ke permasalahan gizi keluarga sebab hal ini dianggap merupakan beban kerja kaum perempuan.
"Perempuan menjadi disalahkan dan bertanggung jawab atas masalah gizi anak, seperti stunting, malnutrisi, anemia, dan lainnya. Bahkan juga atas perselingkuhan dan poligami," katanya.
Semua permasalahan ini bukanlah perihal sederhana, dan hanya kepala daerah yang benar-benar peduli terhadap perempuan lah yang mampu memberikan solusi-solusi terbaik pada periode kepemimpinan mereka.
"Salah satu upaya memperjuangkan agar nantinya persoalan ini menjadi salah satu agenda prioritas, maka kami berupaya untuk membawanya sebagai kontrak politik dengan kandidat," ujar Artety menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018