Bengkulu Selatan (Antaranews Bengkulu) - Ketua DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, Yevri Sudianto mengkritik melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di daerahnya karena pemerintah setempat dinilai belum maksimalkan pembangunan industri pengolahan.

"Padahal Bengkulu Selatan merupakan daerah penghasil pangan," kata Yevri di Bengkulu Selatan, Kamis.

Anggota fraksi PDIP ini mencontohkan padi. Kabupaten Bengkulu Selatan selalu surplus gabah setiap tahun, akan tetapi petani justru menjual gabahnya kepada para tengkulak yang berasal dari luar daerah. Akibatnya, harga beras di pasaran terus meningkat.

"Pemerintah harus aktif mengundang investor agar membangun industri pengolahan, seperti pupuk kompos, pakan ternak hingga beras kemasan," imbuhnya.

Selain padi, Yevri juga menyoroti perikanan darat yang belum dikelola secara maksimal.

"Ada 15-20 ton ikan air tawar yang diproduksi Kecamatan Air Nipis setiap hari, namun belum ada satu pun industri pengolahan ikan di sana. Masyarakat hanya menjual ikan mentah," paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik setempat, laju pertumbuhan ekonomi Bengkulu Selatan tahun 2017 hanya sebesar 5,01 persen. Angka itu melambat bila dibandingkan tahun 2016 lalu yang mencapai 5,32 persen.

Bila dilihat dari sisi lapangan usaha, laju pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun 2017 berada pada angka 6,69 persen, sementara tahun 2016 sebesar 6,63 persen.

BPS mencatat, distribusi PDRB dari sektor industri pengolahan menurut lapangan usaha sebesar 3,36 persen. Bila dikonversi kedalam harga berlaku angkanya hanya mencapai Rp163,2 miliar.

"Mayoritas pekerjaan masyarakat ini kan petani, maka sudah semestinya pemerintah mengembangkan sektor industri pengolahan agar ekonomi bisa tumbuh," tutup Yevri.
 

Pewarta: Sugiharto P

Editor : Riski Maruto


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018