Rejang Lebong (Antaranews Bengkulu) - Seorang anak balita saat ini dirawat intensif di RSUD Curup Rejang Lebong, Proviinsi Bengkulu karena kondisinya yang memprihatinkan akibat menderita gizi buruk.
Balita perempuan Sera(1) yang yang bersama orang tuanya tinggal di Trans Tanjung Gelang, Kecamatan Kota Padang, Rejang Lebong itu hanya memiliki berat badan 5kg, padahal anak sebayanya idealnya memiliki berat badan minimal 8kg.
Ibunda Nena(37) saat ditemui diruang perawatan anak klas III RSUD Curup, Kamis, tidak bisa bercerita banyak mengapa anaknya bisa terkena gizi buruk dan lebih banyak diam saat ditanya wartawan.
Menurut keterangan Susilawati (45) warga Desa Batu Bandung, Kabupaten Kepahiang, yang ikut membantu Nena dan anaknya saat menjalani perawatan di RSUD Curup, suami dari Nena saat ini sedang menjalani hukuman di Lapas Klas II A Curup lantaran kasus asusila.
Suaminya itu sedang menjalani hukuman di Lapas Curup selama 20 tahun, dan ini baru berjalan setahun.
"Sebelumnya dia ini satu ruangan dengan cucu saya tapi kemudian dipindahkan ke ruangan isolasi. Saya kasihan, Ibu Nena tidak ada sanak keluarganya yang datang ke rumah sakit jadi cuma sendirian saja," ujarnya.
Dikatakan Susilawati, Ibu Nena memiliki tiga orang anak yang kesemuanya perempuan. Selama ini anak yang menderita gizik buruk itu tidak pernah di bawa berobat ke puskesmas atau mengikuti Posyandu, dan baru di bawa ke RSUD Curup setelah ada petugas Puskesmas yang mendatangi pondok tempat tinggalnya.
"Setiap harinya dia bekerja sebagai tukang rumput dengan upah yang hanya cukup membeli beras saja, sedangkan anaknya ada tiga orang, yang tua berumur 10 tahun, kedua empat tahun dan yang kecil berumur setahun," katanya.
Sementara itu Plt Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinkes Rejang Lebong, Asri saat dihubungi mengatakan, jika orang tua korban ini tidak memiliki identitas kependudukan, karena sebelumnya tinggal di Kabupaten Empat Lawang, Sumsel.
"Karena lokasi kejadiannya di Rejang Lebong, maka tetap kita bantu. Kami sudah minta pihak Dinsos Rejang Lebong agar membantu pembiayaan berobatnya, karena untuk dimasukan dalam BPJS Kesehatan keluarganya tidak memiliki kartu keluarga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
Balita perempuan Sera(1) yang yang bersama orang tuanya tinggal di Trans Tanjung Gelang, Kecamatan Kota Padang, Rejang Lebong itu hanya memiliki berat badan 5kg, padahal anak sebayanya idealnya memiliki berat badan minimal 8kg.
Ibunda Nena(37) saat ditemui diruang perawatan anak klas III RSUD Curup, Kamis, tidak bisa bercerita banyak mengapa anaknya bisa terkena gizi buruk dan lebih banyak diam saat ditanya wartawan.
Menurut keterangan Susilawati (45) warga Desa Batu Bandung, Kabupaten Kepahiang, yang ikut membantu Nena dan anaknya saat menjalani perawatan di RSUD Curup, suami dari Nena saat ini sedang menjalani hukuman di Lapas Klas II A Curup lantaran kasus asusila.
Suaminya itu sedang menjalani hukuman di Lapas Curup selama 20 tahun, dan ini baru berjalan setahun.
"Sebelumnya dia ini satu ruangan dengan cucu saya tapi kemudian dipindahkan ke ruangan isolasi. Saya kasihan, Ibu Nena tidak ada sanak keluarganya yang datang ke rumah sakit jadi cuma sendirian saja," ujarnya.
Dikatakan Susilawati, Ibu Nena memiliki tiga orang anak yang kesemuanya perempuan. Selama ini anak yang menderita gizik buruk itu tidak pernah di bawa berobat ke puskesmas atau mengikuti Posyandu, dan baru di bawa ke RSUD Curup setelah ada petugas Puskesmas yang mendatangi pondok tempat tinggalnya.
"Setiap harinya dia bekerja sebagai tukang rumput dengan upah yang hanya cukup membeli beras saja, sedangkan anaknya ada tiga orang, yang tua berumur 10 tahun, kedua empat tahun dan yang kecil berumur setahun," katanya.
Sementara itu Plt Kabid Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinkes Rejang Lebong, Asri saat dihubungi mengatakan, jika orang tua korban ini tidak memiliki identitas kependudukan, karena sebelumnya tinggal di Kabupaten Empat Lawang, Sumsel.
"Karena lokasi kejadiannya di Rejang Lebong, maka tetap kita bantu. Kami sudah minta pihak Dinsos Rejang Lebong agar membantu pembiayaan berobatnya, karena untuk dimasukan dalam BPJS Kesehatan keluarganya tidak memiliki kartu keluarga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018