Bengkulu (Antaranews Bengkulu) - Gedung shelter tsunami di Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu, yang dibangun pemerintah pusat pada 2014 dengan anggaran Rp9,6 miliar saat ini kondisinya sudah terbengkalai.
"Berbagai coretan dinding, pecahan kaca, hingga kotoran ternak terlihat berserakan di gedung itu," kata Hamidin, salah seorang warga Teluk Sepang, di Bengkulu, Jumat.
Dia mengemukakan, gedung berlantai empat yang berfungsi sebagai tempat evakuasi sementara saat terjadi tsunami, itu telah menjadi lokasi maksiat para generasi muda.
"Kalau memang pemerintah tidak berniat merawat, maka dulu tidak perlu dibangun, karena sekarang gedung itu hanya menjadi tempat anak muda mengonsumsi obat-obatan terlarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Hamidin menjelaskan, bahwa fasilitas yang ada seperti instalasi listrik tenaga surya, sirine, lampu, mesin air hingga kaca jendela dan anti petir sudah rusak, bahkan sebagian hilang dicuri orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Shelter tsunami itu rusak sebelum dihantam bencana. Kondisinya tidak terawat dan mengkhawatirkan," ujarnya.
Terdapat dua jalur untuk menaiki gedung yang tingginya sekitar 15 meter tersebut, satu di sisi Selatan berupa tangga, lalu satu lagi di sisi Utara dengan permukaan datar yang dapat dilalui sepeda motor.
Halaman luas untuk menampung 3.000 warga terletak di lantai tiga dan empat dengan tiang-tiang besar yang terlihat kokoh.
Salah seorang warga Teluk Sepang lainnya, Sakman, berharap pemerintah segera mengalihkan pengelolaan gedung itu kepada masyarakat setempat agar bisa dirawat dengan baik.
"Pemerintah tinggal menunjuk saja warga di sini untuk mengelola gedung itu agar terawat dan bersih," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Sumarno enggan berkomentar lebih jauh.
"Gedung itu memang di bawah naungan kami, tetapi coba tanyakan dengan dinas PUPR karena pembangunan gedung itu sampai saat ini belum selesai," dalih Sumarno.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018
"Berbagai coretan dinding, pecahan kaca, hingga kotoran ternak terlihat berserakan di gedung itu," kata Hamidin, salah seorang warga Teluk Sepang, di Bengkulu, Jumat.
Dia mengemukakan, gedung berlantai empat yang berfungsi sebagai tempat evakuasi sementara saat terjadi tsunami, itu telah menjadi lokasi maksiat para generasi muda.
"Kalau memang pemerintah tidak berniat merawat, maka dulu tidak perlu dibangun, karena sekarang gedung itu hanya menjadi tempat anak muda mengonsumsi obat-obatan terlarang," ujarnya.
Lebih lanjut, Hamidin menjelaskan, bahwa fasilitas yang ada seperti instalasi listrik tenaga surya, sirine, lampu, mesin air hingga kaca jendela dan anti petir sudah rusak, bahkan sebagian hilang dicuri orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
"Shelter tsunami itu rusak sebelum dihantam bencana. Kondisinya tidak terawat dan mengkhawatirkan," ujarnya.
Terdapat dua jalur untuk menaiki gedung yang tingginya sekitar 15 meter tersebut, satu di sisi Selatan berupa tangga, lalu satu lagi di sisi Utara dengan permukaan datar yang dapat dilalui sepeda motor.
Halaman luas untuk menampung 3.000 warga terletak di lantai tiga dan empat dengan tiang-tiang besar yang terlihat kokoh.
Salah seorang warga Teluk Sepang lainnya, Sakman, berharap pemerintah segera mengalihkan pengelolaan gedung itu kepada masyarakat setempat agar bisa dirawat dengan baik.
"Pemerintah tinggal menunjuk saja warga di sini untuk mengelola gedung itu agar terawat dan bersih," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu, Sumarno enggan berkomentar lebih jauh.
"Gedung itu memang di bawah naungan kami, tetapi coba tanyakan dengan dinas PUPR karena pembangunan gedung itu sampai saat ini belum selesai," dalih Sumarno.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2018