Batam, sebuah pulau kecil di timur Pulau Sumatera menyimpan banyak potensi industri sekaligus ranjau bagi rasa nasionalisme.

Berdekatan dengan negara jiran, Malaysia dan Singapura, menjadikan Batam sebagai kawasan strategis untuk berinvestasi. Namun, kedekatan itu pula yang menjadikannya rawan bagi lunturnya rasa nasionalisme pemuda di perbatasan.

Wali Kota Batam Ahmad Dahlan menjawab tantangan itu dengan mudah. Satu kata, namun memiliki arti yang dalam; "fleksibel".

Lahir di Batu Besar, sebuah kawasan Kampung Tua di Batam, 57 tahun yang lalu, Ahmad Dahlan paham betul arti nasionalisme di perbatasan yang dekat dengan "godaan" globalisasi.

"Globalisasi itu perlu, tapi jangan mengecilkan rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme itu perlu ditanam agar tidak luntur," kata pria berkumis tebal.

Globalisasi di perbatasan, jangan dilihat sebagai sesuatu yang mengancam, melainkan tantangan besar untuk menjadikan Batam lebih besar lagi.

Sebagai daerah yang berbatasan dengan negara yang kaya dengan teknologi canggih, ia mengatakan banyak hal baik yang dapat dipelajari dari negeri tetangga sehingga pemuda jangan menutup diri dari lingkungan luar demi menjaga nasionalisme.

    
                                           Nasionalisme
Ada banyak persoalan nasionalisme di perbatasan. Apalagi, mobilisasi penduduk tiga negara yang sangat cepat.

Penduduk Batam tidak hanya warga negara Indonesia, melainkan terdiri dari ribuan tenaga kerja asing, sehingga proses akulturasi terus terjadi dan mengancam tergerusnya nilai-nilai nasionalisme.

Selain pekerja asing, di Batam juga menjadi tempat tinggal warga negara Singapura dan Malaysia yang beristrikan WNI. Persoalan rumah tangga juga kerap membawa kesensitifan nasionalisme.

Menurut Dahlan, di perbatasan, rasa nasionalisme harus dipelihara dengan kebesaran jiwa agar tidak mengancam hubungan tiga negara tetangga.

Seperti kasus warga negara Singapura yang membakar sesuatu di rumahnya hingga menyebabkan ratusan rumah terbakar, pertengahan Agustus 2012.

Ahmad Dahlan dengan sigap membantu masyarakat dan menetralisasi suasana untuk meredam segala isu agar tidak terjadi balas dendam oleh warga.

Tampil di media, Ahmad Dahlan meminta masyarakat tidak terpancing isu yang dapat merusak hubungan antarnegara.  

"Saya lahir di Batam. Nasionalisme itu tidak dengan kekerasan dengan negara lain, kami damai-damai saja di Batam," kata dia.

    
                                        Investasi
Di lain sisi, pria yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun itu terus membenahi Batam untuk menjadi kawasan industri bergengsi di Asia Pasifik.

Lokasi yang strategis di Selat Malaka membuka banyak peluang ekonomi untuk Batam sebagai bandar laut dan kawasan industri.    Dahlan menilai lokasi yang strategis harus dimanfaatkan seluas-luasnya demi kemakmuran rakyat.

Untuk memimpin sebuah kawasan yang memiliki keunggulan industri, Ahmad Dahlan harus memiliki jiwa "entrepeneurship" yang tinggi.

Bersama gubernur dan bupati serta wali kota lainnya, pria keturunan Bugis itu berupaya memajukan industri di kawasan khusus BBK.

"Kami memikirkan bagaimana agar kawasan ini dapat maju, memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan Indonesia. Karena Batam adalah lokomotif ekonomi Indonesia, sehingga harus dijaga benar," kata dia.

    
                                        Mendengar
Sebagai kepala daerah yang sudah dua kali terpilih, Ahmad Dahlan tahu benar kunci keberhasilan memimpin di perbatasan, yaitu mendengar.

Apalagi Kota Batam tidak terdiri dari satu pulau kecil, melainkan ratusan dengan potensi kelautan yang kaya. Ahmad Dahlan ditantang menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh lini kehidupan masyarakat.

Beruntung, Ahmad Dahlan lahir dengan kemampuan berkomunikasi yang mumpuni. Apalagi sebelum menjabat Wali Kota, pria Melayu itu pernah dipercaya sebagai Humas Otorita Batam.

Di Biro Humas Otorita Batam, Ahmad Dahlan belajar berkomunikasi, baik dengan wartawan, masyarakat sekitar maupun dengan pengusaha dan birokrat lainnya. Kemampuan Ahmad Dahlan teruji seiring makin pesatnya pertumbuhan Batam.

Sebagai orang Melayu, ia memahami benar, silaturahmi adalah cara yang paling baik untuk menjaga keutuhan.

"Silaturahmi itu penting, untuk menjaga semangat agar tidak luntur. Kalau tidak silaturahim, kita tidak tahu kondisi saudara-saudara kita," kata dia.

Silaturahim setiap Ramadhan dijadikan ajang untuk bertemu langsung dengan masyarakat. Dahlan pun lebih sering memilih melihat langsung kondisi masyarakat pesisir dan mendengar berbagai keluhannya.

Pada setiap kunjungan di pulau pesisir, Ahmad Dahlan dengan penuh perhatian mendengar berbagai keluhan warga, minta dibangun pelantar, sekolah, air bersih dan listrik. Dan ia pun langsung meresponnya dengan meminta kepada stafnya untuk dimasukkan dalam rencana pembangunan kota.

Dengan ilmu "mendengar", Ahmad Dahlan menjadi pemimpin yang dicintai masyarakatnya, di perbatasan Indonesia, Kota Batam. (ANT)

Pewarta: Yunianti Jannatun Naim

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012