Jakarta (Antaranews Bengkulu) - Analis pasar uang PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya Wisnubroto menilai pergerakan nilai tukar rupiah pada Selasa ini akan dibayangi kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global pada tahun ini.

"Kita sebenarnya 'expect' IDR (rupiah) melemah hari ini, tapi masih dalam rentang tipis. Karena masih tingginya kekhawatiran akan perlambatan global. Itu ditegaskan oleh 'forecast' IMF," ujar Rully kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2019 menjadi 3,5 persen, turun 0,2 persen dari proyeksi pada Oktober 2018 lalu 3,7 persen.

Sedangkan pada 2020 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai 3,6 persen, lebih rendah 0,1 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya 3,7 persen.

Dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi global tersebut, lanjut Rully, investor asing akan pindah ke instrumen "safe haven", seperti dolar AS, yen, dan obligasi AS.

"Pasar cenderung bergerak ke 'safe haven'," katanya.

Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan telah ada kemajuan menuju kesepakatan perdagangan dengan China dan juga rencana kunjungan Wakil Perdana Menteri China Liu He ke AS pada 30 dan 31 Januari 2019 nanti untuk melanjutkan negosiasi perdagangan, tampaknya belum mampu mengerek rupiah terapresiasi.

"Masih belum. Ditambah lagi adanya sentimen Brexit dan belum banyaknya sentimen positif domestik," ujar Rully.

Ia memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.186 per dolar AS hingga Rp14.264 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019