Perajin gula semut di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, saat ini mengeluhkan masih terbatasnya pemasaran hasil produksi sehingga usaha mereka sulit berkembang.

"Saat ini produksi gula semut perbulannya masih berkisar 2-2,5 ton, dengan lokasi pemasaran terbanyak adalah tujuan Kota Palembang, Sumsel, selebihnya ke Kota Bengkulu dan beberapa daerah lainnya," kata Suparman ketua Kelompok Sari Aren Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Minggu.

Masih terbatasnya pemasaran gula semut asal daerah itu tambah dia, membuat produksi mereka tidak pernah naik, kendati demikian mereka masih tetap bertahan seraya terus mempromosikannya serta mengembangkan jaringan pemasaran ke daerah-daerah yang belum di jangkau.

Potensi pengembangan usaha gula semut di Rejang Lebong sangat menjanjikan, mengingat produksi gula aren yang dihasilkan dari Desa Air Meles Atas saja perharinya kata Suparman mencapai 5 ton, di mana dari jumlah itu sebagian besar di jual dalam bentuk gula batok dan hanya sedikit yang dibuat gula semut.

Luasan areal perkebunan aren di Desa Air Meles Atas itu sendiri tercatat paling luas di Kabupaten Rejang Lebong, dengan jumlah pengrajin gula aren lebih dari 500 orang, dengan rata-rata produksi perorangnya berkisar 10 kg.

Produksi gula aren atau disebut masyarakat setempat sebagai gula batok tersebut masih menggunakan cara-cara tradisional dan dilakukan di kebun maupun di rumah masing-masing perajin gula aren.

Gula batok ini di jual perajin ke pengepul saat ini antara Rp13.000-14.000 per kg, sedangkan jika sudah dibuat gula semut perkilogramnya bisa di jual antara Rp20.000-25.000 per kilogram.

Untuk meningkatkan produksi dan pemasaran gula aren dan gula semut di wilayah itu, pihaknya pada tahun ini telah mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia perwakilan Bengkulu, baik untuk pembuatan rumah produksi maupun pelatihan dan peralatan yang dibutuhkan perajin.

Pewarta: Nur Muhamad

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019