Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bengkulu Honiarty Junaidi mengatakan kasus kematian bayi dan ibu melahirkan kebanyak disebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

“Kasus kematian bayi dan ibu melahirkan itu banyak terjadi di masyarakat pedesaan karena tingkat pendidikannya rendahnya," kata Honiarty, di Bengkulu seusai menerima kunjungan advokasi Kepala BKKBN Bengkulu, Widati, belum lama ini.

Untuk mengatasi masalah tersebut, katanya perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi program yang dapat dilakukan oleh sejumlah lembaga dan instansi pemerintah di daerah ini.

Seperti organisasi wanita, yakni PKK, BKKBN serta Dinas Kesehatan mesti dapat bersinergi serta mengkolaborasikan kegiatan sehingga tercapainya sebuah keberhasilan masyarakat yang sejahtera.

Sebuah tolak ukur kesejahteraan itu, terciptanya kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing diera globalisasi dewasa ini. SDM berkualitas melalui tersedianya ruang mendapat pendidikan, kesehatan serta peningkatan ekonomi.

Ia menyambut baik kunjungan kerja Kepala BKKBN Bengkulu untuk menindaklanjuti kerjasama kedua lembaga tersebut. Selain itu upaya mencapai kesejahteraan masyarakat masih terdapat instansi pemerimntah yang harus dapat bersinergi, BKKBN, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan.

Dengan demikian permasalahan kematian bayi dan ibu dapat ditekan melalui penyelenggaraan program KB, kesahatan serta pendidikan. Tidakkala pentingnya untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera perlu berintegritas dinas sosial, ujarnya.

Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu Kementerian Kesehatan menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas di masyarakat.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Widati menambahkan, indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan upaya penurunan kematian ibu meliputi indicator pelayanan antenatal, pelayanan persalinan dan pelayanan nifas.

Analisis dilakukan berdasarkan riwayat kehamilan, persalinan dan masa nifas dari pengalaman anak terakhir yang lahir dalam periode lima tahun sebelum survei. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Desa (Riskesdes) 2010 menyebutkan distribusi sampel perempuan usia 10-59 tahun yang mengalami kehamilan dan kelahiran dan dijadikan dasar analisis pelayanan kesehatan.

Status kelangsungan hidup anak terakhir yang dilahirkan dalam periode lima tahun sebelum survei menurut kelompok umur ibu yang melahirkan. Persentase anak yang masih hidup adalah 98,7 persen, dan persentase yang sudah meninggal 1,3 persen.(rs/rga)

Pewarta:

Editor : Rangga Pandu Asmara Jingga


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012