Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berharap Indonesia sudah mampu memproduksi mobil listrik sendiri pada 2025.
"Harapannya di tahun 2025 Indonesia sudah mempunyai mobil listrik sendiri," kata Menteri Nasir seusai acara Peluncuran Mobil Listrik dan Pagelaran Wayang Dies Natalis UNY di Halaman Rektorat UNY, Jumat malam.
Menurut dia, prototipe mobil listrik yang dibuat oleh Tim Mobil Garuda FT UNY merupakan upaya anak bangsa yang harus terus dididukung dan dikembangkan karena mobil listrik merupakan mobil masa depan yang ramah lingkungan.
"Dalam hal ini 'green economy' harus kita kembangkan, hemat energi harus kita lakukan, dan menghindari polusi udara," kata Nasir.
Produksi mobil listrik di Indonesia, menurut dia, tinggal satu tahap yakni berkolaborasi dengan sektor industri untuk menyiapkan kebutuhan suku cadang.
Kendati demikian, untuk menuju ke sana masih terkendala masalah baterai. Apalagi untuk total pembiayaan produksi mobil listrik, baterai memiliki porsi mencapai 30-35 persen. "Ini yang masih cukup signifikan nilainya maka bagaimana riset di bidang baterai harus kita kembangkan terus," kata dia.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku baterai, menurut dia, saat ini pemerintah telah menyiapkan kawasan industri terpadu yang memproduksi baterai mobil listrik yang berlokasi di Halmahera, Maluku dan Morowali, Sulawesi Tengah yang ditargetkan mulai berproduksi pada 2021-2022.
"Kalau nanti di Morowali dan di Halmahera sudah jadi, bahan baku dari situ. Maka sudah ada baterai lokal dari Indonesia. Ini akan menghemat harga satu kendaraan mobil listrik," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
"Harapannya di tahun 2025 Indonesia sudah mempunyai mobil listrik sendiri," kata Menteri Nasir seusai acara Peluncuran Mobil Listrik dan Pagelaran Wayang Dies Natalis UNY di Halaman Rektorat UNY, Jumat malam.
Menurut dia, prototipe mobil listrik yang dibuat oleh Tim Mobil Garuda FT UNY merupakan upaya anak bangsa yang harus terus dididukung dan dikembangkan karena mobil listrik merupakan mobil masa depan yang ramah lingkungan.
"Dalam hal ini 'green economy' harus kita kembangkan, hemat energi harus kita lakukan, dan menghindari polusi udara," kata Nasir.
Produksi mobil listrik di Indonesia, menurut dia, tinggal satu tahap yakni berkolaborasi dengan sektor industri untuk menyiapkan kebutuhan suku cadang.
Kendati demikian, untuk menuju ke sana masih terkendala masalah baterai. Apalagi untuk total pembiayaan produksi mobil listrik, baterai memiliki porsi mencapai 30-35 persen. "Ini yang masih cukup signifikan nilainya maka bagaimana riset di bidang baterai harus kita kembangkan terus," kata dia.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku baterai, menurut dia, saat ini pemerintah telah menyiapkan kawasan industri terpadu yang memproduksi baterai mobil listrik yang berlokasi di Halmahera, Maluku dan Morowali, Sulawesi Tengah yang ditargetkan mulai berproduksi pada 2021-2022.
"Kalau nanti di Morowali dan di Halmahera sudah jadi, bahan baku dari situ. Maka sudah ada baterai lokal dari Indonesia. Ini akan menghemat harga satu kendaraan mobil listrik," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019