Besilam, Sumut (ANTARA Bengkulu) - Tuan Guru Thariqat Naghsabandiyah Syeikh Hasyim Syarwani merasa sedih, terhentinya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Tanjung Pasir, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
"Saya sedih (pembangunan) PLTU Pangkalan Susu terhenti, padahal salah satu harapan masyarakat untuk pembangkit listrik di wilayah itu," katanya di Besilam, Senin. Menurut Syeikh Hasyim, pihaknya tidak mengetahui secara pasti mengenai batas waktu penghentian pembangunan PLTU tersebut, namun pihaknya juga merasa sedih karena memikirkan nasib masyarakat bekerja dalam proyek pembangunan itu yang turut mengalami penghentian.
Dengan adanya penghentian pembangunan itu, masyarakat yang bekerja di PLTU Pangkalan Susu juga kehilangan mata pencaharian."Sangat disayangkan proses pembangunannya terhenti," katanya.Namun, pimpinan thariqat yang berpusat di Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Langkat itu mengaku heran dengan banyaknya warga negara asing yang bekerja dalam pembangunan PLTU Pangkalan Susu tersebut.
Padahal, cukup banyak tenaga ahli dari Indonesia yang tidak kalah kualitas dan keilmuannya untuk mengelola infrastruktur penyedia pasokan listrik itu."Banyak tenaga kerja Indonesia yang berkualitas untuk mengelola PLTU
itu," katanya.
Sebelumnya, pembangunan PLTU yang berlokasi di Tanjung Pasir, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumut terhenti karena mendapatkan protes dari masyarakat. Protes itu muncul karena proses pembangunan PLTU itu menimbulkan kerusakan jalan dan menebarkan debu yang berdampak kepada masyarakat sekitar.
Selain itu, rumah-rumah warga juga mengalami kerusakan karena dindingnya retak-retak disebabkan keberadaan truk pengangkut pasir dan tanah yang diduga melebihi kapasitas badan jalan.(I023/M034)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Saya sedih (pembangunan) PLTU Pangkalan Susu terhenti, padahal salah satu harapan masyarakat untuk pembangkit listrik di wilayah itu," katanya di Besilam, Senin. Menurut Syeikh Hasyim, pihaknya tidak mengetahui secara pasti mengenai batas waktu penghentian pembangunan PLTU tersebut, namun pihaknya juga merasa sedih karena memikirkan nasib masyarakat bekerja dalam proyek pembangunan itu yang turut mengalami penghentian.
Dengan adanya penghentian pembangunan itu, masyarakat yang bekerja di PLTU Pangkalan Susu juga kehilangan mata pencaharian."Sangat disayangkan proses pembangunannya terhenti," katanya.Namun, pimpinan thariqat yang berpusat di Desa Besilam, Kecamatan Padang Tualang, Langkat itu mengaku heran dengan banyaknya warga negara asing yang bekerja dalam pembangunan PLTU Pangkalan Susu tersebut.
Padahal, cukup banyak tenaga ahli dari Indonesia yang tidak kalah kualitas dan keilmuannya untuk mengelola infrastruktur penyedia pasokan listrik itu."Banyak tenaga kerja Indonesia yang berkualitas untuk mengelola PLTU
itu," katanya.
Sebelumnya, pembangunan PLTU yang berlokasi di Tanjung Pasir, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumut terhenti karena mendapatkan protes dari masyarakat. Protes itu muncul karena proses pembangunan PLTU itu menimbulkan kerusakan jalan dan menebarkan debu yang berdampak kepada masyarakat sekitar.
Selain itu, rumah-rumah warga juga mengalami kerusakan karena dindingnya retak-retak disebabkan keberadaan truk pengangkut pasir dan tanah yang diduga melebihi kapasitas badan jalan.(I023/M034)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012