Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Wabah virus flu burung (H5N1) mulai menyerang beberapa kelurahan di Kota Bengkulu dan menyebabkan jumlah kematian ayam milik warga terus bertambah.

"Unggas yang terserang flu burung pada Oktober semakin bertambah, terakhir kami kembali menemukan adanya ayam yang mati mendadak di Kelurahan Nusaindah," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu, Arif Gunadi.

Ayam yang mati mendadak di Kelurahan Nusaindah Kecamatan Ratuagung tersebut berjumlah tujuh ekor. Pemiliknya, Rudi, setelah mendapati ternaknya mati mendadak langsung melapor ke Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu.

"Ayam-ayam yang mati mendadak tersebut positif terserang flu burung setelah dilakukan pengetesan dengan alat tes cepat. Agar virus tersebut tidak menyebar petugas langsung membakar dan menyemprotkan disinfektan di sekitar lokasi penemuan flu burung tersebut," ujarnya.

Penyebaran virus flu burung yang menyerang unggas di Kota Bengkulu tergolong cepat pada Oktober 2012. Selain karena musim pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan, juga karena tidak bersedianya pemilik unggas menyerahkan ternaknya untuk dimusnahkan secara sukarela.

"Hingga kini sekitar 100 unggas yang ditemukan positif flu burung di beberapa kelurahan di Kota Bengkulu," ujarnya.

Ia mengatakan, untuk mencegah penyebaran flu burung tersebut selain dengan disinfektan, pihaknya juga memberikan pemahaman kepada warga akan bahaya virus tersebut.

Warga diimbau untuk menyerahkan ayam yang berada di sekitar lokasi penemuan flu burung untuk dibakar atau pun mengandangkannya jika tidak rela untuk dimusnahkan.

Selain itu, kepada warga selalu ditekankan pentingnya menjaga kebersihan kandang dan memberi penyinaran yang cukup untuk mematikan virus flu burung serta menyemprotkan disinfektan pada kandang unggas mereka.

Arif menjelaskan, flu burung merupakan virus yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak unggas, menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan dapat menyebabkan sakit hingga kematian pada manusia.

"Jika unggas terlihat mengalami beberapa tanda terjangkit flu burung seperti sesak napas, jengger dan otot dada berwarna kebiruan, kepala bengkak, kaki dan cakar berwarna merah seperti dikerok, diare, ke luar lendir dari mulut dan hidung, mati mendadak serta tingkat kematian yang tinggi, segera laporkan kepada kami atau mantri hewan di daerah ini," katanya.

Tim Penanggulangan Penyakit Flu Burung Provinsi Bengkulu mencatat sebanyak 103 ekor unggas di daerah itu positif terjangkit virus flu burung (H5N1) pada Oktober 2012.

"Sebanyak 103 ekor unggas di daerah ini positif terjangkit virus flu burung sejak awal Oktober 2012," kata Ketua Tim Penanggulangan Penyakit Flu Burung (PPFB) Provinsi Bengkulu, Emran Kuswadi.

Ratusan unggas yang ditemukan positif flu burung di Kota Bengkulu terdiri atas 15 ekor ditemukan di Kelurahan Lingkarbarat, Kecamatan Gadingcempaka, 18 ekor di Kelurahan Kebuntebeng Kecamatan Ratuagung dan sembilan ekor di Kelurahan Bentiring Kecamatan Muarabangkahulu.

Kemudian penyebaran virus flu burung mengakibatkan kematian unggas sebanyak 11 ekor di Kelurahan Kebunbeler Kecamatan Ratuagung, sembilan ekor di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Gadingcempaka, 15 ekor di Kelurahan Dusunbesar Kecamatan Singaranpati dan tiga ekor di Kelurahan Timurindah Kecamatan Singaranpati.

"Selain di tujuh kelurahan dalam Kota Bengkulu, sebanyak 10 ekor unggas di Desa Bandarratu Kabupaten Mukomuko juga mati mendadak akibat positif terjangkit virus flu burung," katanya.



                                      Upaya Pencegahan
Untuk mencegah meluasnya virus flu burung Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu berupaya melakukan penyemprotan dengan disinfektan pada daerah yang ditemukan adanya kasus flu burung. Selain itu, mereka meminta agar warga menyerahkan ayam mereka untuk dibakar.

Namun, sebagian besar warga masih enggan menyerahkan unggasnya yang masih hidup untuk dimusnahkan secara sukarela dengan alasan karena masih sayang terhadap ternaknya yang masih hidup.

"Selain itu, warga enggan menyerahkan unggas peliharaannya karena tidak menerima ganti rugi atas pemusnahan yang dilakukan petugas secara massal," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bengkulu, Arif Gunadi.

Tim Penanggulangan Penyakit Flu Burung Distannak Kota Bengkulu, Heni mengatakan, selalu meminta seluruh pemilik unggas yang terjangkit virus flu burung untuk memusnahkan ternaknya.

"Pemusnahan unggas terjangkit virus flu burung merupakan salah satu cara yang efektif untuk memutus rantai penyebaran ke unggas lainnya," katanya.

Akibat sebagian besar warga tak mau unggasnya dimusnahkan, penyebaran virus flu burung di Kota Bengkulu tergolong cenderung cepat menyebar ke beberapa kelurahan pada Oktober 2012.

"Wilayah yang positif terjangkit virus flu burung antara lain Kelurahan Lingkarbarat, Bentiring, Kebunbeler, Sidomulyo, Dusunbesar dan Timurindah," katanya.

Sementara itu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu belum menyediakan dana ganti rugi untuk pemusnahan unggas yang diduga terjangkit flu burung.

"Dana penanggulangan flu burung sangat minim, jadi khusus untuk ganti rugi unggas warga yang dimusnahkan belum tersedia," kata Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, Majestika.

Ia mengatakan masyarakat pemilik unggas selalu mempertanyakan dana ganti rugi unggas peliharaan mereka yang dimusnahkan.

Apalagi jika unggas yang dimusnahkan dalam jumlah yang banyak, masyarakat mengeluh sehingga mereka mengharapkan adanya dana ganti rugi.

"Sehingga sering kali petugas di lapangan menemui kendala untuk pemusnahan unggas yang terjangkit flu burung," tambahnya.

Selama ini kata dia, pemusnahan unggas di Bengkulu memang belum mencapai ratusan ekor, tapi paling banyak 30 ekor untuk satu peternak unggas.

Pemilik yang unggasnya hanya dua hingga tiga ekor kata dia biasanya merelakan pemusnahan ayam mereka.

"Kalau jumlah unggas yang dimusnahkan banyak mereka sangat menginginkan ganti rugi, tapi kita tidak ada dananya, begitu juga dikabupaten," katanya.

Untuk itu, ia mengharapkan pemerintah menyediakan dana ganti rugi unggas warga yang dimusnahkan untuk program penanggulangan flu burung tersebut.

Sementara itu, Wali Kota Bengkulu Ahmad Kanedi mengatakan anggaran penanganan flu burung akan dinaikkan hingga 25 persen mengingat risiko yang ditimbulkan kepada manusia.

Namun, ia pun mengingatkan agar cara konvensional tetap dilakukan oleh masyarakat guna pencegahan yakni seperti menggunakan buih sabun atau deterjen sisa mencuci.

Kanedi juga mengingatkan kepada peternak atau pemilik ayam untuk tetap menjaga kebersihan kandang serta memberikan pencahayaan yang cukup.

"Peternak hendaknya setiap hari selalu memberikan penyinaran yang cukup pada kandang untuk mematikan virus flu burung yang biasanya berkembang pada musim hujan seperti sekarang ini," kata dia.

Selain buih sabun, lanjut dia, virus flu burung dibasmi dengan cara tersistem yakni menggunakan disinfektan. Namun, cara tersebut membutuhkan biaya yang lebih banyak.

"Anggaran pencegahan flu ini akan tetap dianggarkan dan kami tetap berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu supaya bisa ditanggulangi secara bersama-sama," katanya.

Terkait minimnya ketersediaan alat tes cepat virus flu burung yang ada di Kota Bengkulu, Kanedi mengatakan akan melaporkan kebutuhannya ke pemerintah pusat.

Guna pencegahan, Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, memperketat pengawasan lalu lintas unggas di perbatasan daerah itu dengan Provinsi Sumatera Barat, guna mengantisipasi virus flu burung masuk daerah itu.

"Setelah kasus belasan ayam warga yang terkena virus tetelo, kami lebih berhati-hati dengan memperketat pengawasan unggas yang masuk lewat perbatasan, apalagi ciri-ciri penyakit itu tidak jauh berbeda dengan flu burung," kata Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan (DP3K) Kabupaten Mukomuko, Elxandi.

Meskipun belum ada bukti jika virus ND tersebut berasal dari luar daerah tersebut, lanjut dia, namun keputusan instansi itu memperketat pengawasan lalu lintas hewan ternak sebagai bentuk siaga terhadap virus lainnya yang berpeluang masuk ke daerah sekitar 270 Km sebelah utara Kota Bengkulu.

"Kami siaga saja jangan sampai ada virus hewan ternak lainnya yang masuk Mukomuko terutama antisipasi terhadap virus flu burung," ujarnya.

Karena melihat dari ciri-ciri ayam mati terserang virus "tetelo" atau ND ini kata dia, tidak jauh berbeda dengan virus flu burung, untuk itu perlu dilakukan siaga agar virus mematikan yang bisa menular kepada manusia tersebut masuk daerah itu.

"Ayam yang mati terkena virus ND itu sudah kami musnahkan dengan cara dibakar agar virus tersebut tidak menular kepada hewan lainnya," ujarnya lagi.

Sementara itu, sebutnya, ada tiga orang petugas peternakan, yang saat ini rutin selama 24 jam mengawasi sekaligus memeriksa kendaraan yang membawa unggas dari luar, seperti pemeriksaan surat kesehatan hewan dari dinas kesehatan hewan tempat asal hewan tersebut.

"Bagi pemilik hewan ternak yang tidak bisa menunjukkan surat kesehatan hewan dari dinas kesehatan hewan di tempatnya, maka konsekuensinya hewan tersebut tidak diperbolehkan masuk ke Mukomuko," ujarnya.

Selanjutnya tahun 2013, pihaknya akan menambah satu orang lagi petugas peternakan di pos penjagaan lalu lintas hewan ternak sehingga mereka bisa secara rutin bergiliran dua orang satu hari menjaga pos tersebut.

"Kalau fasilitas saat ini juga masih kurang seperti listrik tetapi untuk sementara masih bisa menggunakan jaringan listrik dengan cara disambung dengan jaringan listrik di rumah pemukiman penduduk setempat," ujarnya lagi.

Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan hewan Provinsi Bengkulu, hingga Oktober ditemukan kasus flu burung di empat kabupaten/kota yakni Kabupaten Mukomuko,Bengkulu Utara, Seluma dan terbanyak di Kota Bengkulu sebanyak 225 ekor.

Untuk mencegah flu burung tersebut baik pemerintah pusat maupun daerah telah menganggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 sebesar Rp125 juta dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Rp200 juta.  (ANT)

Pewarta: Triono Subagyo

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012