Ribuan orang yang sebagian besar pegiat berpakaian hitam mengadakan unjuk rasa di di Distrik Mong Kok, Hong Kong, pada Sabtu, sementara kota yang dikendalikan China itu menghadapi lagi aksi-aksi protes anti-pemerintah pada akhir pekan.

Protes-protes menentang usul rancangan undang-undang yang China Daratan telah meningkat sejak Juni, di antaranya berubah jadi ricuh. Polisi dituding berbuat berlebihan dan gagal melindungi para pemerotes dari serangan-serangan kelompok penjahat.

Mong Kok memiliki daerah-daerah dengan penghuni kelas pekerja dan juga populer sebagai tujuan belanja. Distrik itu merupakan lokasi yang pada tahun 2014 terjadi bentrokan-bentrokan paling rusuh selama protes-protes pro-demokrasi.

Banyak pengunjuk rasa pada Sabtu mengenakan topi kuning dan putih, dan kerumunan massa meneriakkan "era revolusi" dan "Warga Hong Kong, tambah minyak", suatu peringatan populer dalam dialek Kanton.

"Saya sedikit cemas apakah pasukan polisi akan menggunakan cara-cara kasar atas para demonstran karena rute unjuk rasa relatif sempit, dan jika kami ingin meninggalkannya sulit menjauh dari polisi," ujar Ivan, seorang mahasiswa yang berusia 20 tahun. "Saya kira gerakan ini akan terus berlanjut hingga sedikitnya akhir tahun 2019."

Sumber: Reuters

Pewarta: Mohamad Anthoni

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019