Suasana lawas ala tahun 1950-an begitu terasa di rumah Fatmawati bin Hasan Din di Bengkulu malam ini. Seolah-olah memori kembali dibawa ke zaman dimana kemerdekaan baru direncanakan.

Rumah Hasan Din yang kemudian menjadi mertua dari Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno berada di Kelurahan Anggut, Kota Bengkulu. Kawasan yang kini terkenal dengan pusat oleh-oleh khas Bengkulu.

Suasana klasik yang dibaluti dengan pernak-pernik merah putih ini semakin menggugah rasa nasionalisme. Bukan karena ramainya umbul-umbul merah putih, namun karena sejarah bangunan kayu berukuran sekitar 10 meter persegi itu saat ini menjadi Museum "the first lady" Republik Indonesia. Tempat dimana cinta Bung Karno dan Fatmawati bertemu.

Suasana malam ini benar-benar seperti dalam salah satu adegan film Soekarno yang disutradarai Hanung Bramantyo. Adegan itu ketika Bung Karno dan keluarganya menggelar syukuran ketika pertama kali menginjakan kaki di Bengkulu.

Suasana ramai dimana masing-masing orang yang datang saling berinteraksi. Sebagian mereka terlihat sedang menikmati makanan yang disajikan, dan sebagian lagi asyik bercengkrama.

Suasana tambah larut saat dendangan lagu klasik ala tahun 50an mengalun sendu diantara lampu-lampu yang per 5 detik sekali berganti warna. Lagu-lagu lawas ini dibawakan oleh group musik Kerano Dela Musiko yang dipentoli salah satu budayawan Bengkulu Agus Satiyanyo.

Personil group musik yang rata-rata telah lanjut usia ini semakin menambah kental suasana lawas. Apa lagi personil group musik ini memakai pakaian melayu lengkap dengan kopiah. Alunan petikan gitar, gesekan biola dan tabuhan gendang membuat lamunan semakin terbang jauh.

Beberapa lagu nasional yang diaransemen menjadi musik klasik mengawali kegiatan bertajuk malam syukuran hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 yang digagas konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Tempat ini, rumah ini adalah sejarah yang telah melahirkan bayi yang menjadi pejuang, menjadi pahlawan yang mengantarkan Indonesia merdeka yaitu ibu Fatmawati," kata Direktur Utama (Dirut) BTN Maryono saat memberikan kata sambutan, Jum'at.

Penampilan Dirut BTN ini juga klasik. Dia menggunakan baju safari empat kantong dan sepatu pantofel ala Bung Karno.

Ia menambahkan, peran Fatmawati bagi kemerdekaan Republik Indonesia sangat besar. Selain menemani Bung Karno pada detik-detik proklamasi pada 17 Agustus 1945, Fatmawati juga telah menjahit bendera merah putih yang dikibarkan pertama kali setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan.

Selain itu, kata Maryono, konsorsium BUMN juga berkomitmen untuk melestarikan nama besar Fatmawati. Salah satu upayanya adalah dengan membuat patung Fatmawati yang akan dipajang di pusat Kota Bengkulu.

"BUMN adalah bagian dari pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan inisiasi yang betul-betul sangat luar biasa dalam rangka kemerdeka 74 yakni pembuatan patung Ibu Fatmawati," kata Maryoni.

Malam syukuran kemerdekaan Indonesia ke-74 di rumah Fatmawati ini juga dihibur dengan penampilan monolog dari Happy Salma. Selain itu ada juga pembacaan puisi dari seniman Bengkulu.

Dirut BTN Maryono pun ikut membacakan puisi tentang kemerdekaan. Ia membacanya bersama Happy Salma.

"Bung Karno adalah seorang aktivis. Dia adalah singa podium," kata Happy Salma dalam penggalan Monolognya.

Monolog yang dimainkan Happy Salma ini bercerita tentang perjalanan Bung Karno mulai dari masa penahanan di Suka Miski, diasingkan di Ende hingga dipindahkan ke Bengkulu.

"Perempuan itu bernama Fatimah tapi kita mengenalnya dengan Fatmawati. Tempat ini membuat ku bergetar karena ditempat ini lah semua itu dimulai," katanya lagi.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019