Puluhan peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) Provinsi Banten menjadikan museum tsunami Aceh sebagai objek favorit dalam kunjungan mereka ke Banda Aceh.

“Saya baru pertama kali ke sini, kejadian tsunami sangat luar biasa dahsyatnya, saya tidak bisa berkata-kata,” kata Muhammad Erick, peserta SMN Banten, di Banda Aceh, Rabu.

Para peserta berkesempatan mengelilingi museum tsunami Aceh, katanya, melalui visualisasi, foto, serta berbagai informasi tentang tsunami yang ditampilkan dalam museum membuat pelajar Banten bisa merasakan kedahsyatan tsunami Aceh pada 2004 silam.

“Tadi sempat takut juga melihat (visualisasi) ada anak-anak terjepit, banyak mayat-mayat, kemudian proses evakuasi, jadi kita bisa merasakan apa yang dirasakan warga Banda Aceh saat itu,” kata Erick.

Ia menjelaskan, Banten juga pernah merasakan apa yang dirasakan Aceh yakni gempa dengan kekuatan besar. Ia mengharapkan agar museum tsunami Aceh ini benar-benar dikelola dengan baik sehingga terus menjadi pusat edukasi kebencanaan bagi masyarakat Indonesia.

"Harapan ke depan museum ini betul-betul menjadi tempat edukasi bagi masyarakat awam sampai kapan pun," katanya.

Ketua SMN Banten Andi Baktiar juga mengagumi kondisi Aceh. Selama berada di Aceh ia merasakan Aceh seperti tidak terjadi tsunami, lantaran proses pembangunan yang begitu cepat.

"Luar biasa Aceh seperti tidak terjadi tsunami, pembangunannya cepat sekali pasca tsunami yang sudah 15 tahun ini ya. Kalau tidak ada situs-situs tsunami mungkin orang enggak tahu kalau dulu Aceh pernah terjadi tsunami," kata Andi.

SMN 2019 merupakan program yang diselenggarakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Hadir untuk Negeri (BHUN). Dalam hal ini Kementerian BUMN menunjuk PT PLN (Persero) cq. PLN UIW Aceh sebagai PIC kegiatan BHUN 2019 didampingi PT PTPN1 dan PT Adhi Karya.

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019