Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau menyatakan tiga unit helikopter bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang semula ditempatkan di daerah tersebut secara bertahap akan dipindahkan untuk membantu pemadaman karhutla di daerah rawan lainnya.
"Dua heli sudah ditarik dari Riau dan diperbantukan ke Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Satu heli lagi masih menunggu izin dari BNPB untuk diperbantukan ke Sumatera Selatan," kata Wakil Komandan Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Riau, Edwar Sanger, kepada wartawan di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan jumlah titik panas di Riau relatif lebih sedikit dibandingkan daerah lainnya di Sumatera, seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel). Tiga heli yang dipindahkan sebelumnya memperkuat Satgas Udara untuk melakukan operasi pemadaman dari udara (water bombing).
Sebelumnya di Riau terdapat tujuh heli bantuan dari BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dengan dipindahkan tiga heli, maka akan tersisa empat heli yang memperkuat Satgas Karhutla Riau.
Sejauh ini Riau masih terdapat karhutla, namun beberapa daerah mulai turun hujan sehingga kondisi relatif bisa dikendalikan.
"Di Riau masih ada tiga helikopter water bombing (bom air) dan satu unit helikopter patroli," katanya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra Aqua pada Selasa pagi mendeteksi ada 689 titik panas yang jadi indikasi awal Karhutla di wilayah Sumatera. Daerah paling banyak titik panas adalah Sumsel, yakni 465 titik dan Jambi 170 titik panas.
Daerah lainnya ada di Bangka Belitung ada 23 titik, Lampung ada 17 titik, dan Riau paling sedikit karena hanya ada 14 titik panas. Titik panas di Riau paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir 6 titik, Indragiri Hulu 4 titik, kemudian Pelalawan dan Kepulauan Meranti masing-masing ada dua titik panas.
Dari jumlah itu dipastikan ada tujuh titik api karhutla, paling banyak di Indragiri Hulu sebanyak tiga titik dan Meranti serta Indragiri Hilir masing-masing dua titik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019
"Dua heli sudah ditarik dari Riau dan diperbantukan ke Provinsi Jambi dan Jawa Barat. Satu heli lagi masih menunggu izin dari BNPB untuk diperbantukan ke Sumatera Selatan," kata Wakil Komandan Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Riau, Edwar Sanger, kepada wartawan di Pekanbaru, Selasa.
Ia mengatakan jumlah titik panas di Riau relatif lebih sedikit dibandingkan daerah lainnya di Sumatera, seperti Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel). Tiga heli yang dipindahkan sebelumnya memperkuat Satgas Udara untuk melakukan operasi pemadaman dari udara (water bombing).
Sebelumnya di Riau terdapat tujuh heli bantuan dari BNPB dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dengan dipindahkan tiga heli, maka akan tersisa empat heli yang memperkuat Satgas Karhutla Riau.
Sejauh ini Riau masih terdapat karhutla, namun beberapa daerah mulai turun hujan sehingga kondisi relatif bisa dikendalikan.
"Di Riau masih ada tiga helikopter water bombing (bom air) dan satu unit helikopter patroli," katanya.
Berdasarkan data BMKG Stasiun Pekanbaru, satelit Terra Aqua pada Selasa pagi mendeteksi ada 689 titik panas yang jadi indikasi awal Karhutla di wilayah Sumatera. Daerah paling banyak titik panas adalah Sumsel, yakni 465 titik dan Jambi 170 titik panas.
Daerah lainnya ada di Bangka Belitung ada 23 titik, Lampung ada 17 titik, dan Riau paling sedikit karena hanya ada 14 titik panas. Titik panas di Riau paling banyak di Kabupaten Indragiri Hilir 6 titik, Indragiri Hulu 4 titik, kemudian Pelalawan dan Kepulauan Meranti masing-masing ada dua titik panas.
Dari jumlah itu dipastikan ada tujuh titik api karhutla, paling banyak di Indragiri Hulu sebanyak tiga titik dan Meranti serta Indragiri Hilir masing-masing dua titik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019