Warga Pulau Belakangpadang, Batam, terpaksa membeli air bersih dalam drum, karena distribusi air bersih dari dam utama pulau terganggu, sejak beberapa bulan lalu.

"Saya masih beli air dalam drum. Karena air dari dam tidak selalu mengalir," kata warga Pulau Belakangpadang, Mirna di Batam, Selasa.

Ia mengatakan kondisi itu sudah terjadi sejak sebelum Lebaran 2019. Selama kemarau, kapasitas air dalam dam terus berkurang.

Dan kini, meski hujan sudah kerap mengguyur Batam, namun pasokan air dari dam belum kembali normal.

Sebenarnya, pasokan air untuk warga Pulau Belakangpadang tidak hanya dari dam. Melainkan juga dari sistem penyulingan air laut menjadi air minum (sea water reverse osmosis/ SWRO).

Namun, pasokan SWRO juga belum dapat mengaliri ke seluruh rumah di pulau itu. Ada sejumlah rumah yang dialiri air dari dam, dan sejumlah rumah lainnya mendapatkan pasokan air dari SWRO.

Warga Belakangpadang lainnya, Masno, mengatakan air dari SWRO mengalir dalam waktu-waktu tertentu. Tidak 24 jam penuh dalam sehari.

"Bergilir juga, selama 2 jam. Karena itu kan mesin, tadi tidak bisa menyala terus," kata dia.

Ditemui di Pulau Belakangpadang, Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad mengakui masih ada masalah air bersih di pulau yang berhadapan dengan Singapura itu.

"Dari dulu, sejak saya masih tinggal di sini, air memang menjadi kendala," kata dia.

Sebenarnya pemerintah sudah berupaya memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, dengan 2 mesin SWRO.

Namun, ia mengakui, dari 2 mesin itu, hanya 1 yang beroperasi.

"Saya akan meminta Dinas Cipta Karya menggeser, agar semua mesinnya berfungsi. Saat ini 1 yang berfungsi," kata dia.

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2019