Mukomuko, Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Produksi gula merah di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tahun 2012, mengalami penurunan mencapai 50 persen, dari 30 menjadi 15 kilogram per hari.
"Tahun 2010 hingga 2011, produksi gula merah di daerah ini masih banyak mencapai 30 kilogram per hari, namun tahun 2012 hanya 15 kilogram," kata Kasi Industri dan Kerajinan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah Kabupaten Mukomuko, Darsono, di Mukomuko, Jumat.
Ia mengatakan produksi gula merah di daerah itu mengalami penurunan drastis mencapai 50 persen, karena sari-sari makanan yang terkandung dalam tanah sekitar pohon kelapa hibrida banyak diambil oleh tanaman sawit.
Karena, lanjutnya, dekat pohon yang menjadi sumber air nira yang rutin diambil oleh sebanyak 76 orang industri kecil menengah (IKM) dari satuan pemukiman (SP) VII, Desa Rawa Mulya, dan 87 orang IKM dari SP VIII, Desa Sumber Makmur, saat ini banyak ditanami kelapa sawit.
"Kemungkinan faktor tanaman kelapa sawit yang banyak membutuhkan air itu membuat air nira di pohon kelapa hibrida, menjadi kurang," ujarnya lagi.
Kendati demikian, lanjutnya, penurunan produksi gula merah tersebut tidak berpengaruh dengan penghasilan IKM setempat, karena harga gula merah di tingkat petani tahun 2010 dan 2011 hanya Rp5.000 per kilogram.
"Sekarang harga gula merah di tingkat petani telah lebih tinggi mencapai Rp7.500 per kilogram, sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap penghasilan petani dari menjual gula merah," kata dia.
Ia menyarankan, untuk meningkatkan produksi gula merah di daerah itu, IKM harus menambah pohon kelapa hibrida, karena pohon yang sekarang kurang produktif lagi menghasilkan air nira.
"Solusinya perlu penambahan pohon kelapa hibrida, agar air nira yang diperoleh dari pohon tersebut menjadi lebih banyak," kata dia lagi. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012
"Tahun 2010 hingga 2011, produksi gula merah di daerah ini masih banyak mencapai 30 kilogram per hari, namun tahun 2012 hanya 15 kilogram," kata Kasi Industri dan Kerajinan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah Kabupaten Mukomuko, Darsono, di Mukomuko, Jumat.
Ia mengatakan produksi gula merah di daerah itu mengalami penurunan drastis mencapai 50 persen, karena sari-sari makanan yang terkandung dalam tanah sekitar pohon kelapa hibrida banyak diambil oleh tanaman sawit.
Karena, lanjutnya, dekat pohon yang menjadi sumber air nira yang rutin diambil oleh sebanyak 76 orang industri kecil menengah (IKM) dari satuan pemukiman (SP) VII, Desa Rawa Mulya, dan 87 orang IKM dari SP VIII, Desa Sumber Makmur, saat ini banyak ditanami kelapa sawit.
"Kemungkinan faktor tanaman kelapa sawit yang banyak membutuhkan air itu membuat air nira di pohon kelapa hibrida, menjadi kurang," ujarnya lagi.
Kendati demikian, lanjutnya, penurunan produksi gula merah tersebut tidak berpengaruh dengan penghasilan IKM setempat, karena harga gula merah di tingkat petani tahun 2010 dan 2011 hanya Rp5.000 per kilogram.
"Sekarang harga gula merah di tingkat petani telah lebih tinggi mencapai Rp7.500 per kilogram, sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap penghasilan petani dari menjual gula merah," kata dia.
Ia menyarankan, untuk meningkatkan produksi gula merah di daerah itu, IKM harus menambah pohon kelapa hibrida, karena pohon yang sekarang kurang produktif lagi menghasilkan air nira.
"Solusinya perlu penambahan pohon kelapa hibrida, agar air nira yang diperoleh dari pohon tersebut menjadi lebih banyak," kata dia lagi. (ANTARA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012