Mukomuko (ANTARA Bengkulu) - Para petani di Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, terpaksa membiarkan tanaman sawitnya tidak dirawat setelah harga tandan buah segar sawit mengalami penurunan sejak sebulan terakhir di daerah itu dari Rp700 menjadi Rp600/Kg.

"Petani tidak merawat tanaman sawitnya karena biaya operasionalnya terlalu besar seperti penyemprotan dan pemupukan," kata Ketua Gabungan Petani Sawit (GPS) Kabupaten Mukomuko, Chairul Siregar, di Mukomuko, Sabtu.

Organisasi GPS kata dia, saat ini memiliki sebanyak 1.600 orang anggota yang mayoritas merupakan petani kecil di Kecamatan Penarik, yang memiliki lahan tanaman kelapa sawit seluas 3.600 hektare.

"Kondisi petani yang tergabung dalam GPS semuanya sama, membiarkan tanaman sawitnya tidak dirawat," ujarnya.

Sedangkan, kata dia, perhitungan untuk satu kali perawatan saja, seperti penyemprotan seluruh rumput dan pemupukan, anggaran yang dibutuhkan dari potongan hasil penjualan TBS sawit sekitar Rp400 hingga Rp500 per kilogram.

"Jika harga TBS sawit sekarang itu Rp600 per kilogram, jadi yang tersisa untuk petani dari penjualan TBS sawit mereka untuk setiap kali panen hanya Rp100/Kg," ujarnya.

Ia menerangkan, sedikit sekali keuntungan yang harus diperoleh petani dari penjualan sebesar Rp100/Kg, apalagi petani yang hanya memiliki lahan kebun sawit satu hingga dua hektare.

"Lebih baik petani mengunakan hasil penjualan TBS sawitnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya," kata dia.

Namun, lanjutnya, dampak yang akan dirasakan oleh petani yang tidak merawat tanaman sawitnya adalah terjadinya penurunan produksi karena tanaman sawit sangat haus dengan air dan pupuk.

"Prediksi kami tahun 2013 produksi petani akan turun besar-besaran karena dalam tahun ini tidak ada lagi aktivitas pemupukan," ujarnya. (ANTARA)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012