Medan (ANTARA Bengkulu) - Pengurus Legiun Veteran Republik Indonesia Sumatera Utara menilai nama mantan Wakil Presiden H Adam Malik lebih pantas diabadikan menjadi nama bandara internasional di Kuala Namu, Kabupaten Deli Serdang.

"Untuk mengenang jasa dan perjuangan almarhum Adam Malik, pantas jika namanya diabadikan menjadi nama bandara di Kuala Namu," kata fungsionaris Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Sumatera Utara Muhammad TWH di Medan, Selasa.      
   
Ia mengatakan, Adam Malik semasa hidupnya dikenal sebagai tokoh nasional dan internasional.

Bersama sejumlah tokoh nasional lainnya, Adam Malik berperan nyata terhadap perjalanan sejarah  bangsa dan negara Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga era pembangunan.

Pengabdian dan peran strategis Adam Malik terhadap bangsa dan negara antara lain memelopori berdirinya Kantor Berita Antara pada 1937 bersama dengan Soemanang, AM Sipahutar, Armin Pane, Abdul Hakim dan Pandu Kartawiguna.

Selain itu, kata dia, di masa penjajahan Jepang, Adam Malik  ikut bergerilya dalam gerakan pemuda memperjuangkan kemerdekaan.

Menjelang 17 Agustus 1945, Adam Malik bersama rekannya sesama tokoh pergerakan nasional, di antaranya Sukarni, Chaerul Saleh dan Wikana berperan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumut, 22 Juli 1917 itu oleh Presiden Soekarno selanjutnya  dipercaya sebagai Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) periode 1945-1947 yang salah tugasnya menyiapkan susunan pemerintahan.

Menurut dia, Adam Malik juga pendiri dan anggota Partai Rakyat, pendiri Partai Murba, dan anggota parlemen.

Sekitar akhir 1950-an, Presiden Soekarno mengangkat  Adam Malik menjadi Duta Besar RI untuk Uni Soviet dan Polandia.

Berdasarkan kemampuan diplomasinya, Adam Malik kemudian dipercaya menjadi ketua delegasi RI dalam perundingan dengan pemerintah Belanda terkait penyerahan Irian Barat pada 1962.

Di era pemerintahan Orde Baru, Adam Malik diangkat menjadi Menteri Luar Negeri.  "Pada 1967, Adam Malik bersama para Menteri Luar Negeri dari negara-negara di Asia Tenggara turut memelopori terbentuknya ASEAN.

"Adam Malik juga pernah dipercaya menjadi Ketua Sidang ke-26 Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)," katanya.

Jabatan yang diemban Adam Malik tersebut sekaligus menjadikan dirinya pada masa itu  merupakan  orang Asia kedua yang pernah memimpin sidang lembaga tertinggi badan dunia itu.

Ia menambahkan, pada 1977, Adam Malik terpilih menjadi Ketua DPR/MPR dan tiga bulan berikutnya dipercaya menjadi Wakil Presiden ke-3.

Adam Malik meninggal di Bandung pada 5 September 1984 karena sakit.  "Bila mengacu pada perjuangan dan peranan Adam Malik semasa hidupnya, maka wajar jika namanya diabadikan menjadi nama bandara di Kuala Namu," ujar Muhammad.

Informasi yang dihimpun ANTARA, hingga kini sudah ada lima nama tokoh asal Sumut yang diusulkan menjadi nama bandara di Kuala Namu.

Lima tokoh tersebut adalah  mantan Gubernur Sumut H Tengku Rizal Nurdin, Sisingamaharaja, H Adam Malik, Sultan Sulaiman dan nama Kuala Namu.

Berkas surat dukungan dari elemen masyarakat terhadap masing-masing nama tokoh yang akan ditetapkan menjadi nama bandara di Kuala Namu tersebut juga sudah diterima oleh pelaksana tugas Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho di Medan baru-baru ini. (T.KR-JRD/E005)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012