Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Komunitas Peduli Gajah Seblat atau Elephant Care Community Seblat Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, melibatkan ratusan pelajar dari tingkat SD hingga SMA untuk melakukan penanaman 1.500 pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat.

Ketua pelaksana kegiatan yang juga Koordinator Komunitas Peduli Gajah Seblat, Anang Widyatmoko mengatakan, kegiatan tersebut untuk menanamkan nilai-nilai konservasi sejak dini kepada pelajar.

"Penanaman pohon ini masih dalam rangkaian pengenalan konservasi sejak dini kepada pelajar yang digagas teman-teman komunitas," katanya di Bengkulu, Sabtu.

Lokasi penanaman ribuan pohon tersebut, tepat di depan kamp Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat yang terdapat di dalam TWA Seblat seluas lebih dari 7.000 hektare.

Sebelumnya, komunitas yang beranggotakan pemuda desa di sekitar TWA Seblat itu juga menggelar berbagai kegiatan untuk menanamkan nilai-nilai konservasi sejak dini, termasuk lomba mewarnai dan melukis poster tentang alam dan habitatnya.

Anang mengatakan jenis pohon yang ditanam antara lain garu, jabon dan sengon yang merupakan bantuan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkulu Utara.

Para pelajar yang terlibat antara lain dari sekolah dasar SDN 05 Putri Hijau, SMK Negeri 2 Putri Hijau dan SMP Negeri 2 Napal Putih.

"Kegiatan ini juga sekaligus mengenalkan habitat gajah kepada pelajar karena TWA Seblat merupakan salah satu habitat gajah tersisa di Pulau Sumatra," tambahnya.

Menurutnya, pengenalan konservasi sejak usia dini, termasuk konservasi gajah Sumatra perlu terus ditingkatkan sebab, para pelajar tersebut hidup berdampingan dengan kawasan yang menjadi habitat satwa terancam punah itu.

Koordinator Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat, Erni Suyanti Musabine mengatakan penebangan liar dan perambahan menjadi salah satu gangguan terhadap habitat gajah di TWA Seblat Bengkulu Utara.

Perambahan yang membuat habitat gajah semakin menyempit mengakibatkan konflik antara manusia dengan satwa langka itu terus terjadi.

"Setidaknya 19 desa yang berbatasan dengan TWA Seblat mengalami konflik dengan gajah liar karena habitatnya terganggu," tambahnya.

Gangguan terhadap habitat gajah itu antara lain perambahan hutan produksi terbatas Lebong Kandis yang membuat jalur jelajah gajah menuju Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) tertutup.

Kondisi ini membuat gajah liar di TWA Seblat yang diperkirakan mencapai 80 ekor menjadi terisolasi di dalam kawasan itu.

"Akhirnya kebun masyarakat di sekitar TWA Seblat yang sering dimasuki gajah liar dan membuat kerusakan," tambahnya. (ANTARA)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012