Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mempertanyakan pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudian Wahyudi yang menyebut agama adalah musuh Pancasila.

"Saya tidak mengerti dan tidak bisa memahami pernyataan kepala BPIP yang menyatakan agama jadi musuh terbesar Pancasila," kata Anwar kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Sebut agama musuh besar Pancasila , Wapres minta Kepala BPIP klarifikasi

Anwar Abbas yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu mengatakan bahwa jika benar Yudian memiliki pandangan seperti itu maka Presiden Joko Widodo agar memberhentikan Kepala BPIP itu.

Menurut dia, pemberhentian tidak dengan hormat tepat karena pemikiran dan pemahaman Yudian tentang Pancasila akan sangat mengancam eksistensi negara.

"Bagaimana bisa seorang kepala BPIP punya pemahaman seperti itu," kata dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Anwar mengatakan jika cara pandang Kepala BPIP soal agama harus diberangus tersebut menjadi opini publik maka eksistensi dari Pancasila itu sendiri jelas terancam.

Padahal, kata dia, agama itu sendiri merupakan unsur dalam Pancasila itu yaitu sila pertama yakni Ketuhanan yang Maha Esa.

Baca juga: Pelaku pengrusakan Al Quran dibekuk polisi

Baca juga: Video viral tiga wanita melecehkan gerakan sholat dengar musik disko akhirnya diproses hukum

"Di buang? Kalau dibuang berarti tidak Pancasila lagi dan berarti negara ini bubar," kata Wakil Rektor II Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Jakarta itu.

Maka, kata dia, keinginan Presiden Jokowi yang ingin Pancasila lewat BPIP dipahami dengan baik oleh masyarakat tentu menjadi terganjal jika sikap Yudian justru bertolak dari sila pertama itu sendiri.

"Kalau yang bersangkutan benar punya pandangan seperti itu maka pilihan yang tepat untuk kebaikan bangsa dan negara yaitu yang bersangkutan mundur atau dimundurkan," katanya.

Menurut dia, jika Yudian Wahyudi tidak diberhentikan maka sejatinya BPIP sudah kehilangan kepercayaan dari rakyat, demikian Anwar Abbas.

Pewarta: Anom Prihantoro

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020