Banyumas (ANTARA Bengkulu) - Ratusan orang dari berbagai daerah menyaksikan tradisi tahunan Jamasan Jimat Kalisalak di Langgar Jimat, Desa Kalisalak, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Salah satu pengunjung dari Sampang, Kabupaten Cilacap, Fajar (40), mengaku sering menyaksikan penjamasan benda-benda pusaka peninggalan Raja Mataram Amangkurat I yang tersimpan di Langgar Jimat Kalisalak ini.

"Hampir setiap kali jamasan, saya pasti datang karena ingin melihat berbagai fenomena yang muncul dalam penjamasan, salah satunya jumlah mata uang yang kadang bertambah dan kadang pula berkurang," katanya.

Menurut dia, fenomena tersebut sering kali diyakini sebagai pertanda zaman.

Dalam hal ini, dia mencontohkan adanya "jenu" (akar yang memabukkan, red.) di tempat penyimpanan uang.

"Itu terjadi pada jamasan 2011 silam. Kalau kita perhatikan, selama 2011-2012 banyak pejabat yang dihukum karena terjerat kasus korupsi," katanya.

Juru bicara Langgar Jimat Kalisalak, Ilham Triyono, mengakui dalam pelaksanaan penjamasan sering kali muncul fenomena menarik yang diyakini masyarakat sebagai pertanda zaman.

Menurut dia, fenomena tersebut terlihat dari perubahan jumlah maupun bentuk benda bersejarah, kitab sastra Jawa maupun Arab yang dapat terbaca, dan kadang pula muncul benda baru yang tidak ditemukan dalam jamasan tahun sebelumnya.

Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya enggan untuk menafsirkan fenomena-fenomena tersebut guna disampaikan kepada masyarakat secara menyeluruh.

"Biarlah masyarakat yang menafsirkan sendiri fenomena-fenomena ini," katanya.

Secara terpisah, Kepala Desa Kalisalak Setiaji mengakui persiapan penjamasan kali ini banyak kendala sehingga terlihat kurang maksimal.

"Tahun ini merupakan tahun Jim Akhir sehingga jamasan jatuh pada Jumat Wage di bulan Maulud. Oleh karena hari Jumat, kami tidak menggelar kirab kerabat," katanya.

Menurut dia, pelaksanaan jamasan pada 2014 akan jatuh pada Rabu Wage, 15 Januari, karena bertepatan dengan tahun Alif.

Informasi dari panitia, rangkaian kegiatan jamasan pada 2014 akan dimulai pada H-1 jamasan dengan kegiatan pesta seni rakyat.

Sementara dalam prosesi jamasan yang digelar kali ini dan dipimpin juru kunci Langgar Jimat Kalisalak, Ki Madaslam, ditemukan sebuah benda baru yang selama ini belum pernah muncul.

Benda tersebut berupa "lis" atau alat pengendali kuda penarik delman.

Salah satu petinggi Keraton Solo yang hadir dalam prosesi jamasan, Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Sosronagoro mencoba menafsirkan makna "lis" kuda tersebut.

"Lis kuda biasanya ada dua dan dipasang pada kanan-kiri mulut kuda agar bisa dikendalikan," katanya.

Oleh karena hanya ditemukan satu buah, kata dia, hal ini harus diwaspadai kemungkinan akan terjadi sesuatu yang tidak bisa dikendalikan.

Dalam hal ini, dia mengimbau masyarakat untuk bisa mengendalikan diri agar bisa tercipta ketenteraman.

Usai dijamas di atas altar, benda-benda pusaka tersebut dibungkus dengan kain mori baru dan selanjutnya dimasukkan ke dalam langgar untuk dibuka kembali pada prosesi jamasan tahun berikutnya.

Amangkurat I adalah Raja Mataram yang bertahta pada 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Raden Ayu Wetan (Kanjeng Ratu Kulon), putri keturunan Ki Juru Martani yang merupakan saudara dari Ki Ageng Pemanahan.

Sosok yang memiliki nama kecil Mas Sayidin, yang ketika menjadi putera mahkota diganti dengan gelar Pangeran Arya Mataram atau Pangeran Ario Prabu Adi Mataram tersebut berusaha untuk mempertahankan wilayah kekuasaan Kesultanan Mataram.

Amangkurat dikabarkan sempat singgah di Kalisalak, dan meninggalkan pusaka-pusaka itu agar tak membebani perjalanannya menuju Batavia. Amangkurat menuju ke Batavia untuk meminta bantuan VOC lantaran dikejar pasukan Trunojoyo yang memberontak sekitar 1676-1677. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013