Jakarta, (Antara bengkulu) - Hasil riset yang dilakukan oleh Saiful Mudjani Research & Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa kinerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membaik dalam meningkatkan kondisi ekonomi nasional tidak dapat menyelamatkan reputasi Partai Demokrat yang dinilai menurun.
         
"Survei kami menyatakan kinerja Presiden SBY sepanjang tahun 2012 yang meningkat tidak bisa menyelamatkan Partai Demokrat karena dukungan terhadap partai ini kian merosot,"  kata Direktur Riset SMRC Jayadi Hanan di Jakarta, Minggu.
         
Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara presentasi hasil survei dan diskusi yang bertema "Kinerja Pemerintah dan Partai, Trend Anomali 2012-2013".
         
Menurut Jayadi, hasil survei yang dilakukan pada 6-20 Desember 2012 melalui wawancara tatap muka terhadap 1.220 responden yang tersebar di Indonesia bagian barat,  tengah, dan timur, menyatakan bahwa sepanjang 2012 kinerja Presiden SBY dinilai baik.
         
"Ada 51,6 persen responden yang menyatakan cukup puas dengan kerja Pak SBY, yang menyatakan kurang puas lebih kecil, yaitu 34,8 persen, yang tidak puas sama sekali 5,1 persen, sangat puas 4,2 persen, dan tidak tahu 4,3 persen," katanya.
         
Namun, dia mengatakan telah terjadi anomali politik, yaitu tidak sejalannya penilaian masyarakat nasional atas kinerja Presiden SBY dalam kondisi ekonomi nasional yang membaik dengan dukungan pada partai utama pendukung pemerintah, yakni Partai Demokrat.  
    
Dia menjelaskan hanya ada 8,3 persen dari responden yang akan memilih Partai Demokrat dan calon anggota DPR dari partai tersebut dalam pemilu.
         
"Sedangkan dukungan responden terhadap Partai Golkar mencapai 21,3 persen dan 18,2 persen untuk PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Di posisi keempat ada Partai Gerindra dengan 7,2 persen," katanya.
         
Hal tersebut, katanya, menunjukkan kinerja Presiden tidak bisa meningkatkan dukungan terhadap Partai Demokrat yang terus merosot.
         
Dia mengatakan penurunan dukungan itu disebabkan oleh masalah internal di Partai Demokrat, bukan kinerja Presiden.
         
Jayadi berpendapat partai itu dalam dua tahun terakhir tidak mampu mengatasi opini publik yang sangat kuat bahwa kader-kader Demokrat paling banyak melakukan korupsi.
         
"Itu terbukti dari hasil survei kami, dimana 44,8 persen dari responden menilai bahwa kader dari Demokrat yang paling banyak melakukan korupsi, lalu disusul Golkar dengan 6,5 persen dan PDI-P 2,4 persen. Perbedaannya sangat signifikan," katanya.
         
Dia mengatakan bila masalah opini korupsi tersebut tidak tertanggulangi pada 2013, dukungan terhadap Partai Demokrat akan semakin berkurang.
         
Menanggapi hasil survei tersebut, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok menyatakan pihaknya tetap optimistis terhadap perolehan suara partai pada Pemilu 2014.
         
"Kami menghargai hasil riset SMRC, tetapi  kami tidak begitu terpengaruh dengan hasil riset ini karena bagi Demokrat politik itu bukan sekadar matematis," katanya.
         
Dia berpendapat bahwa dalam dunia politik persepsi pemilih memainkan peranan yang lebih besar sehingga partainya tidak merasa pesimistis dengan hasil survei SMRC tersebut.
         
"Saya tidak pesimis, saya tetap yakin pada perolehan Demokrat nanti pada 2014," kata Mubarok. (antara)

Pewarta:

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013