Sebanyak 47 orang jurnalis dari berbagai media di Bengkulu mendesak pemerintah setempat melakukan uji swab lantaran mereka memiliki riwayat kontak erat dengan pasien konfirmasi positif COVID-19.

"Jurnalis minta dilakukan uji swab untuk menjawab kekhawatiran dan rasa was-was terpapar COVID-19," ucap jurnalis Surat Kabar Harian (SKH) Radar Bengkulu Utara, Doni Aftarizal di Bengkulu, Minggu.

Baca juga: Dinkes : Ada klaster 'aparat' di Bengkulu

Ia menyebut, puluhan jurnalis yang mendesak dilakukan uji swab ini karena sebelumnya mereka pernah melakukan peliputan dan mewawancarai salah satu dari 37 orang yang dinyatakan positif COVID-19.

Saat itu, kata Doni, jurnalis tidak mengetahui jika narasumber yang mereka wawancarai itu ternyata sedang menunggu hasil uji swabnya, dan ketika keluar hasilnya ternyata positif COVID-19.

"Walaupun dalam melakukan tugas peliputan, kawan-kawan jurnalis tetap mempedomani atau mengikuti standar kesehatan dalam pencegahan dan penanganan COVID-19 namun tetap saja harus dilakukan swab untuk memastikannya," tegas Doni. 

Sementara itu, Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Bengkulu Heri Supandi menyesali tindakan pemerintah setempat yang dianggap kurang terbuka mengenai data orang yang diduga terpapar COVID-19.

Baca juga: Dinkes: 19 tenaga medis di Bengkulu positif terjangkit COVID-19

Akibatnya, tidak hanya kelompok jurnalis, tetapi banyak juga masyarakat umum yang melakukan kontak dengan orang yang positif tersebut.

"Wajar jika kawan-kawan minta swab karena kurang terbukanya informasi data pasien, apa lagi pasien ini kerap berhubungan langsung dengan wartawan, ini sangat berbahaya," papar Heri.

Ia meminta pemerintah setempat membuka data siapa-siapa saja orang yang terpapar COVID-19 agar publik mengetahui dan bisa melakukan antisipasi dengan tidak melakukan kontak.

Apalagi, sambungnya, orang yang diduga terpapar itu adalah pejabat publik yang memiliki mobilitas tinggi dan bisa bertemu banyak orang setiap harinya.

"Catatan penting untuk Satgas bila ada publik pigur silahkan buka identitasnya kalau terkonfirmasi COVID-19. Profesi kita sebagai jurnalis sangat rentan karena kita berhubungan langsung dengan banyak orang," jelas Heri.

Baca juga: RSUD M Yunus Bengkulu tutup layanan poliklinik

Heri juga meminta pemerintah setempat menyiapkan tempat isolasi atau karantina khusus para jurnalis yang diduga terpapar COVID-19.

Sementara itu, juru bicara tim gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 Bengkulu Jaduliwan mengaku pihaknya telah mengusulkan ke Dinas Provinsi Bengkulu agar jurnalis yang diduga terpapar COVID-19 ini bisa dilakukan pemeriksaan kesehatan.

"Jurnalis diminta melapor ke Dinas Kominfo mungkin kita bisa lakukan rapid test. Nanti akan kita sampaikan ke Kadinkes kapan waktu pelaksanaannya," demikian Jaduliwan.

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020