Semarang (Antara Bengkulu) - Kumpulan puisi karya penyair Jerman Georg Trakl yang dihadirkan dalam model dwi bahasa berjudul "Mimpi dan Kelam Jiwa" diluncurkan di kampus Universitas Negeri Semarang.

Peluncuran buku berlangsung di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes, Selasa, dihadiri Berthold Damshausher, pengajar sastra dan bahasa Indonesia di Universitas Born Jerman dan Presidential Friend of Indonesia.

Berthold yang akrab dipanggil Pak Trum bersama Agus R. Sarjono, ilmuwan tamu Universitas Born Jerman (2010-2011) dan Pemimpin Umum Jurnal Sajak menerjemahkan kumpulan puisi itu dalam bentuk dwi bahasa.

Menurut Pak Trum, Trakl merupakan sosok penyair yang paling berarti pada abad 20 yang dikenal dengan puisi beraliran ekspresionisme dan menceritakan tentang penderitaan dan trauma yang dialaminya.

"Karya Trakl bersajak bebas dan tidak teratur, gelap dan penuh kemurungan karena melukiskan kisah hidupnya yang penuh penderitaan. Namun, bahasanya khas, yakni kritik dan kejengkelan peradaban modern," katanya.

Ia menceritakan Trakl merupakan sastrawan yang pernah menjalani hubungan cinta "incest" dengan adiknya, yakni Greta sehingga membuatnya merasa berdosa besar dan putus asa sampai mengakibatkan kecanduan narkoba.

Banyak puisi Trakl yang dituliskannya seolah tanpa rencana karena dalam keadaan mabuk dan terbius narkoba, kata dia, kemudian disempurnakannnya tulisan-tulisan puisi itu saat sudah dalam kondisi sadar.

Ada pula puisi yang khusus ditulis Trakl untuk menceritakan tentang adik perempuannya dengan judul "Kepada Adik Perempuanku", kata dia, mencerminkan perasaan bersalahnya telah menjalin hubungan "incest".

"Puisi karya Trakl yang paling penting berjudul 'Herian', merupakan sebuah nama gabungan antara kata pujangga dengan Yesus dalam bahasa Jerman. Menceritakan sejarah dari hal yang menyenangkan, terpuruk, dan terasing," katanya.

Selain itu, kata dia, ada karya Trakl yang berbentuk prosa yang dipilih menjadi judul buku dwi bahasa tersebut, yakni "Mimpi dan Kelam Jiwa" dan puisi yang diyakini sebagai karya terakhirnya, yakni "Gradek".

"Gradek" dibuat Trakl saat bertugas mengurus 100 prajurit yang cedera berat saat Perang Austria dan menyaksikan puluhan penduduk yang digantung karena dianggap membela Rusia sehingga membuatnya depresi.

"Banyak yang berpendapat bahwa mereka tidak memahami karya-karya Trakl dengan logika, tetapi mereka meyakini bahwa Trakl merupakan seorang yang jenius," kata Pak Trum.

Hadir pula dalam kesempatan peluncuran kumpulan puisi Trakl itu, Direktur Rumah Buku DuniaTera Borobudur Dorothe Rosa Herliany yang bertindak sebagai moderator dan penyair dari Semarang, Timur Sinar Suprabana.

Bahkan, Timur menyempatkan membaca beberapa puisi karya Trakl dengan gaya khasnya yang memukau penonton, antara lain berjudul "Kepada Adik Perempuanku", "Untuk Buku Silsilah Keluarga", dan "Herian". (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013