Magelang (Antara Bengkulu) - Penyair dari Jerman Georg Trakl kurang dikenal di Indonesia meskipun dia seorang penyair kelas dunia.
"Penyair tersebut kurang dikenal di Indonesia. Dia paling dihormati pada abad ke-20 dan dikenal di Eropa," kata penyair Magelang Dorothea Rosa Herliani di Magelang Jumat.
Ia mengatakan hal tersebut pada peluncuran buku kumpulan puisi Georg Trakl (1887--1914) di Museum OHD Kota Magelang.
Kegiatan yang dihadiri para penyair, seniman, dan budayawan dari Magelang dan sekitarnya tersebut diisi dengan aksi baca puisi dan diskusi tentang puisi karya Trakl.
Rosa mengatakan bahwa diksi dalam puisi-puisi Trakl terkesan negatif, seperti dusta, sinting, gelap, dan nestapa.
"Puisinya begitu gelap dan muram," katanya.
Pengajar Sastra dan Bahasa Indonesia di Universitas Born Jerman, Berthold Damshauser atau dikenal dengan panggilan Pak Trum sebagai pembicara dalam diskusi tersebut, mengatakan bahwa Trakl merupakan penyair kelas dunia.
Dia dikagumi oleh para penyair yang paling sanggup untuk menilai mutu dan karya dasarnya. Trakl juga dikagumi para filosof, katanya.
"Pada awal abad ke-20, puisinya berkaitan dengan transendenitas, berhadapan dengan modernitas yang waktu itu begitu membingungkan. Ketika itu rasa pesimistis sudah terasa sehingga pandangan pesimistis begitu mewarnai puisi-puisinya," kata Trum.
Berdasarkan otobiografinya, kata dia, pada umur 10 tahun Trakl sudah terlihat berbeda dari anak lain. Dia suka menyendiri, suka murung, dan merupakan pecandu narkoba yang lebih bahaya pada saat usianya antara 13--14 tahun.
"Hal paling pahit adalah hubungan incest antara Trackl dan adiknya, hubungan yang sangat ditabukan, berlangsung sampai adiknya Greta bunuh diri pada tahun 1910. Anak yang dilahirkan oleh adiknya adalah anak dia. Hal ini menjadi dosa yang tak terampuni baginya. Dia menyampaikan rasa dosa dan pahit dalam dirinya melalui puisi," katanya.
Ia mengatakan, sebagai penafsir harus hati-hati apakah dia bicara tentang diri sendiri atau tentang suatu hal. Namun, dalam sejumlah puisinya, Trakl menyebut adiknya. Hal itu membuktikan bahwa adiknya ada dalam pikirannya.
Buku kumpulan puisi ini adalah jilid ke-7 atas "Seri Puisi Jerman" yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku berjudul "Georg Trakl, Mimpi dan Kelam Jiwa" sebagai kumpulan puisi dwibahasa dengan terjemahan Indonesia oleh Agus R. Sarjono dan Berthold Damshauser. (Antara)