"Berat nian, babon iko (berat benar, babon ini)," teriak Edwin, warga Kota Bengkulu saat umpan kailnya dimakan ikan.

Teriakannya sontak mengundang mata pemancing lainnya untuk melihat ke arah pancing dia yang melengkung sementara gelombang disebabkan ikan berontak terkait kail cukup besar.

Edwin menjadi pemancing yang mendapatkan ikan paling banyak di kolam pemancingan ikan lele di salah satu tempat di kota itu.

Lebih dari tujuh orang yang memancing di kolam berukuran sekitar 6 x20 meter khusus ikan lele atau yang sering disebut "si kumis".

Sistem memancing di kota itu, pemancing dikenakan biaya Rp15 ribu jika menggunakan satu joran atau di Bengkulu disebut stik dengan panjang sekitar tiga sampai enam meter (tanpa ril atau di Bengkulu disebut katrol), serta yang menggunakan katrol dengan joran tak lebih dari dua meter. Sedangkan jika seorang menggunakan dua alat pancing, dikenakan biaya Rp20 ribu.

Waktu pemancingan yakni mulai pukul 11.00 hingga 18.00 WIB, kemudian buka lagi pukul 19.00 hingga 24.00 WIB.

Pengelola melepaskan ikan dengan sistem dilemparkan ke tengah kolam atau di Kota Bengkulu dengan sebutan "beter".

Selain ikan "beter" yang biasanya ganas makan beberapa menit setelah dimasukkan, juga masih ada ikan dasar sisa waktu pemancingan sebelumnya.

Beragam jenis umpan dibawa pemancing untuk mendapatkan ikan. Meski ikan banyak, ada kalanya pemancing tidak mendapatkan ikan seekor pun atau istilahnya "mbalon". Artinya, seperti balon yakni bulat kosong, dan ketika mendapatkan ikan bahwa balonnya sudah pecah.

Rata-rata pemancing selalu menyiapkan cacing sebagai umpan utama, bahkan pengelola pemancingan juga menyediakannya dengan harga Rp2.000 per seperempat gelas bekas minuman mineral.

Namun, pemancing pun memiliki umpan andalan masing-masing. Mereka ada yang membawa kroto (telur semut rang-rang yang biasa untuk makan burung berkicau), cicak dibakar, jangkrik, lipas, cere (sejenis kecoa tapi ukurannya kecil), usus ayam, laba-laba, belut dibakar dan lainnya.

Tetapi tidak semua jenis umpan tersebut disukai ikan hari itu, karena banyak faktor yang mempengaruhi seperti suhu air serta ukuran ikan sendiri.

Dari cerita pemancing, ketika musim hujan dan ukuran ikan kecil umpan terjitu yakni tetap cacing serta kroto.

"Jika bisa mengaitkan kroto yang lembut, ikan akan berkumpul di spot kita. Berikutnya, tinggal sibuk menariknya," terang Nasrul, pemancing lainnya.

Namun, cere pun bisa digunakan saat hujan, selain tetap cacing menjadi primadonanya.

"Karena itu, rata-rata pemancing lele kailnya ada dua untuk umpan yang berbeda," kata dia.

Biasanya, lanjut dia, ikan dasar atau sisa pemancingan sebelumnya yang ukurannya lebih kecil akan senang makan kroto, sedangkan ikan dasar yang lebih besar lebih menyukai kroto.    

Sementara jika udara panas, belut bakar menjadi andalan. Karena aromanya semakin menyengat sehingga dikejar oleh ikan.

"Saya selalu menggunakan belut untuk target ikan yang besar 'beter', apalagi ketika cuaca panas," kata Edwin.

Ia pun menjelaskan ada tambahan beberapa tetes "essen", namun enggan menyebutkan jenis atau aroma apa yang digunakan, karena termasuk rahasia masing-masing pemancing.

"Maka tak heran ikan langsung menyambar umpan saya yang dari belut dan telah ditetesi essen itu," terang dia.

Berbeda kalau memancing pada malam hari, ikan lele yang nocturnal akan lebih agresif. Umpan dari belut agak kurang disukai.

Pemancing tetap mengandalkan cacing, cere, cicak bakar, atau ikan citul (ikan kecil-kecil) sebagai umpannya.

Sementara dari beberapa sumber disebutkan, lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah sejenis lele budidaya yang berasal dari Afrika. Dibandingkan dengan lele lokal (lele kampung C. batrachus, dan C. macrocephalus) lele dumbo berukuran lebih besar dan patilnya tidak tajam sehingga disukai konsumen.    

Nama "dumbo" diberikan karena ukurannya yang lebih besar daripada rata-rata lele lokal Asia Tenggara.

Makanan alamiah lele adalah zooplankton, larva, cacing, serangga air, dan fitoplankton.

Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein. Lele juga perlu makanan tambahan berupa sisa sisa makannan dari rumah tangga, daun kubis, tulang ikan dan tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam dan bangkai.

Makanan tambahan lain bisa berupa campuran dedak dan ikan rucah dengan perbandingan 9:1 atau campuran bekatul, jagung dan bekicot dengan perbandingan 2:1:11. Jika cukup modal lele bisa diberi tambahan pelet.

Melihat dari jenis makanannya, maka tak heran para pemancing, seperti Edwin memanfaatkan bau amis sebagai umpan untuk menaklukkan si "kumis". (Antara)

Pewarta: Triono Subagyo

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013