Medan (Antara Bengkulu) - Manajemen PT Inalum Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara menepis isu atau pernyataan setelah penyerahan operasional pabrik peleburan aluminium tersebut dari pemerintah Jepang sepenuhnya kepada Indonesia pada akhir Oktober 2013 mendatang hanya tinggal besi tua.

"Isu itu tidak benar, karena manajemen terus menjaga dan menjalankan operasional pabrik peleburan aluminium dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan segala daya dan upaya yang terbaik," tegas Direktur Umum dan SDM PT Inalum, Nasril Kamaruddin dalam pernyataannya di Medan, Senin.

Nasril didampingi jajaran direksi PT  Inalum (Indonesia Asahan Aluminium, red) lainnya mengisyaratkan, manajemen melalui sistem pemeliharaan dan perawatan, didukung peningkatan teknologi pada fasilitas dan peralatan yang berkala baik mampu mempertahankan jumlah produksi secara efektif dan efisien.

"Kita pastikan semua peralatan dalam kondisi baik. Kondisi fasilitas dan peralatan yang prima ini dibuktikan dengan kemampuan kita meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 225.000 ton/tahun pada desain awal menjadi 250.000 ton/tahun," ungkapnya.

Inalum yang beroperasi sejak 1976 secara bisnis saat ini sangat sehat dan mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan, dikarenakan perusahaan telah mencatat laba bersih 878 juta US dolar sejak tahun 2004 hingga 2012 atau rata-rata 97,5 juta US dolar per tahun. Kemudian pelunasan hutang investasi sejak 2011.

Selain itu PT Inalum sejak masa konstruksi selalu berkomitmen untuk menjadi salah satu pabrik peleburan aluminium di dunia yang ramah lingkungan dan "safety", di antaranya dengan mempertahankan predikat biru sejak tahun 2003 hingga 2011, penghematan energi pemakaian air baku di pabrik peleburan, di PLTA dan energi listrik.

 Kontribusi PT Inalum kepada negara antara lain melalui pembayaran "annual fee" sebesar 145 juta US dolar sejak tahun anggaran 1982 hingga 2011, pembayaran dana penanggulangan lingkungan 82 juta US dolar (1999-2011), pembayaran pajak perusahaan sejak 2006-2011 sebesar 203 juta US dolar. (ANTARA)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013