Jakarta (Antara Bengkulu) - Direktur PT Restorasi Ekosistem Indonesia Yusuf Cahyadin mengatakan pihaknya sedang fokus memproduksi madu sebagai upaya memanfaatkan hasil hutan harapan di Jambi dan Sumsel.
"Tahun lalu sudah dilakukan uji coba Madu Sialan bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya. Hasilnya cukup menggembirakan bisa memproduksi 100 kilogram madu dalam jangka waktu enam bulan," ujar Yusuf dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis.
Hutan tersebut adalah bekas kawasan pengusahaan hutan produksi (HP) yang dikelola PT REKI. Izin pengelolaan Hutan Harapan ini berdasarkan SK Menhut No 293/Menhut-II/2007:28 Agustus 2007 mengenai IUPHHK Restorasi Ekosistem Hutan seluas 52.170 hektare berada dalam kawasan Provinsi Sumatera Selatan. SK Menhut No 327/Menhut-II/2010 25 Mei 2010 mengenai IUPHHK Restorasi Ekosistem Hutan seluas 46.385 hektare di Provinsi Jambi.
Hutan Harapan dikelola secara non-profit, kegiatannya dibantu oleh lembaga donor dan dikelola sepenuhnya warga Indonesia. Program restorasi Hutan Harapan ditujukan, agar hutan ini bisa dikembalikan menjadi hutan alam seperti semula.
Kawasan Hutan Harapan merupakan hutan dataran rendah terakhir yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Program restorasi Hutan Harapan terbesar di dunia, dan juga pertama di Indonesia
Di hutan tersebut terdapat sekitar 280 jenis burung, 69 jenis di antaranya hampir punah. Selain itu, terdapat 159 jenis pohon. Salah satu di antaranya sudah rentan, yaitu jenis kayu bulian dan juga terdapat 49 jenis binatang mamalia dan 43 jenis binatang amfibi, pemukiman Suku Anak Dalam (SAD) dan Suku Bathin Sembilan.
"Kami juga bekerja sama dengan masyarakat untuk memproduksi madu tersebut," tukas dia.
Metode yang dilakukan adalah memindahkan induk sarang lebah tersebut dari pohon asalnya ke pohon lainnya. Hal tersebut membuat lebah-lebah berdatangan ke pohon yang baru. "Kualitas madu yang dihasilkan sama," tambah dia.
Pihaknya menargetkan bisa memproduksi 10 ton per tahun pada 2013. Sementara permintaan madu alam tersebut yang mencapai 500 ton per tahun.
Ke depannya, PT REKI juga akan melirik Jelutung yang merupakan bahan baku untuk permen karet. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Tahun lalu sudah dilakukan uji coba Madu Sialan bekerja sama dengan Universitas Sriwijaya. Hasilnya cukup menggembirakan bisa memproduksi 100 kilogram madu dalam jangka waktu enam bulan," ujar Yusuf dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis.
Hutan tersebut adalah bekas kawasan pengusahaan hutan produksi (HP) yang dikelola PT REKI. Izin pengelolaan Hutan Harapan ini berdasarkan SK Menhut No 293/Menhut-II/2007:28 Agustus 2007 mengenai IUPHHK Restorasi Ekosistem Hutan seluas 52.170 hektare berada dalam kawasan Provinsi Sumatera Selatan. SK Menhut No 327/Menhut-II/2010 25 Mei 2010 mengenai IUPHHK Restorasi Ekosistem Hutan seluas 46.385 hektare di Provinsi Jambi.
Hutan Harapan dikelola secara non-profit, kegiatannya dibantu oleh lembaga donor dan dikelola sepenuhnya warga Indonesia. Program restorasi Hutan Harapan ditujukan, agar hutan ini bisa dikembalikan menjadi hutan alam seperti semula.
Kawasan Hutan Harapan merupakan hutan dataran rendah terakhir yang masih tersisa di Pulau Sumatera. Program restorasi Hutan Harapan terbesar di dunia, dan juga pertama di Indonesia
Di hutan tersebut terdapat sekitar 280 jenis burung, 69 jenis di antaranya hampir punah. Selain itu, terdapat 159 jenis pohon. Salah satu di antaranya sudah rentan, yaitu jenis kayu bulian dan juga terdapat 49 jenis binatang mamalia dan 43 jenis binatang amfibi, pemukiman Suku Anak Dalam (SAD) dan Suku Bathin Sembilan.
"Kami juga bekerja sama dengan masyarakat untuk memproduksi madu tersebut," tukas dia.
Metode yang dilakukan adalah memindahkan induk sarang lebah tersebut dari pohon asalnya ke pohon lainnya. Hal tersebut membuat lebah-lebah berdatangan ke pohon yang baru. "Kualitas madu yang dihasilkan sama," tambah dia.
Pihaknya menargetkan bisa memproduksi 10 ton per tahun pada 2013. Sementara permintaan madu alam tersebut yang mencapai 500 ton per tahun.
Ke depannya, PT REKI juga akan melirik Jelutung yang merupakan bahan baku untuk permen karet. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013