Samarinda (Antara Bengkulu) - Seorang wartawati sebuah televisi lokal yang tengah hamil dikeroyok hingga mengalami pendarahan saat meliput sengketa lahan yang berujung pada perusakan rumah di Desa Ranjau Panjang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Informasi yang berhasil dihimpun hingga Minggu sore menyebutkan bahwa wartawati bernama Nurmilasari Wahyuni (23) saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Panglima Sebaya, Tanah Paser, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser.

"Menurut keterangan orang tuanya, Yuni mengalami pendarahan dan keluarganya merasa khawatir kandungannya keguguran setelah dikeroyok sejumlah orang diduga preman dan aparat desa di Ranjau Panjang saat meliput sengketa lahan," ungkap Pimpinan Redaksi Paser TV, Agus Salim, dihubungi dari Samarinda, Minggu sore.

Kasus pengeroyokan yang dialami Nurmilasari Wahyuni itu, kata Agus Salim, terjadi saat tengah meliput sengketa lahan di Desa Rantau Panjang pada hari Sabtu (2/3) sekitar pukul 09. 00 Wita.

"Kami mendapat informasi kalau di sana (Desa Rantau Panjang) ada sengketa lahan dan pemblokiran jalan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Karena ingin menggali lebih jauh informasi itu, kami lalu menugaskan Yuni ke lokasi," katanya.

"Namun, saat sedang mengambil gambar, beberapa orang, termasuk perangkat desa setempat, langsung merampas kamera Yuni serta sejumlah peratalatan yang dibawa. Tidak puas hanya merampas kamera, para pelaku kemudian mengeroyok dan memukuli wartawan kami hingga mengalami luka memar hampir di sekujur tubuhnya," ungkap Agus Salim.

Pihak Paser TV, kata Agus Salim, bersama sejumlah wartawan di daerah itu telah melaporkan kasus kekerasan tersebut ke PWI Kabupaten Paser.

"Kasus pengeroyokan itu sendiri telah dilaporkan keluarga Yuni ke Polres Paser kemarin (Sabtu) sekitar pukul 12. 00 Wita. Kami bersama sejumlah wartawan di Paser sudah melaporkan masalah ini ke PWI dan kami mengutuk keras atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat desa terhadap wartawan kami yang tengah menjalankan tugas jurnalistik," ungkap Agus Salim.

Melalui pesan singkat yang dikirimkan kepada wartawan di Samarinda, Nurmilasari Wahyuni, mengaku bahwa dirinya tidak hanya dipukuli, tetapi dia sempat diinjak-injak oleh oknum perangkat desa setempat.

"Saat itu saya sedang meliput perusakn rumah dan ketika mengambil gambar oknum aparat desa setempat sempat memukuli pipi saya sebanyak tiga kali, kemudian merampas kamera dan tas saya. Tidak hanya itu, saya juga diinjak-injak mulai dari kaki perut dan kepala. Ada sekitar 16 orang, termasuk aparat desa setempat yang mengeroyok saya," kata Nurmilasari Wahyuni.

Kasus tersebut, kata dia, juga telah dilaporkan ke Polres Paser sesaat setelah pengeroyokan berlangsung.

"Saya sudah laporkan kemarin (Sabtu) dan sudah divisum tetapi masih menunggu hasilnya. Saat ini, saya masih dirawat di rumah sakit," ungkap Nurmilasari Wahyuni.

Sementara itu, Kapolres Paser Ajun Komisaris Besar Ismahjuddin saat dikonfirmasi mengaku bahwa pihaknya belum mengetahui laporan penganiayaan terhadap wartawan tersebut.

"Saya belum mendapat laporan itu dan nanti akan saya cek," kata Ismahjuddin. (ANT)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013