Penyu salah satu satwa yang harus dilindungi karena memiliki peran penting dalam ekosistem laut, kata Senior Marine Protected Areas (MPA) Specialist di Coral Triangle Center (CTC) Purwanto.
"Bagi alam laut penyu merupakan spesies kunci yang berarti keberadaan penyu akan berpengaruh pada spesies lain dan habitatnya," kata dia saat berbicara di webinar diadakan CTC dalam rangka Hari Satwa Sedunia yang diperingati setiap 4 Oktober, dipantau dari Jakarta pada Senin.
Purwanto memberi contoh beberapa peran penyu agar ekosistem laut dapat berjalan, seperti menambah nutrisi dan membantu produktivitas tanaman lamun ketika mereka merumput.
Penyu yang memakan pucuk lamun dapat membersihkan sedimen sehingga habitat lamun dan terumbu karang tetap terjaga.
Penyu juga mengonsumsi berbagai jenis spons laut yang dapat mengontrol komposisi dan distribusi organisme itu yang dapat mengancam ekosistem terumbu karang.
Penyu juga memakan ubur-ubur yang dapat membantu mencegah terjadinya ledakan populasinya dalam skala besar, termasuk juga jenis ubur-ubur yang dapat menyengat. Tidak terkontrolnya populasi ubur-ubur terutama yang menyengat dapat menimbulkan kerugian dalam sektor pariwisata dan perikanan.
"Penyu bertelur di pantai dan juga memberikan nutrisi baik bagi biota ataupun tumbuhan yang hidup di pesisir pantai," kata dia.
Namun, Purwanto mengingatkan bahwa dari enam jenis penyu yang berada di perairan negara-negara Segitiga Terumbu Karang, termasuk Indonesia, hampir semuanya masuk daftar terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh penyu adalah adanya perdagangan ilegal dan masih adanya konsumsi daging hewan yang dilindungi itu.
Ancaman lain adalah penggunaan jaring untuk perikanan dapat menjerat penyu dan munculnya gangguan habitat mereka, baik di laut maupun pesisir tempat mereka bertelur.
Polusi seperti plastik di laut juga mengancam penyu karena hewan itu dapat memakannya.
Penyakit hewan dan perubahan iklim juga disebut Purwanto menjadi faktor yang bisa mengurangi populasi penyu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Bagi alam laut penyu merupakan spesies kunci yang berarti keberadaan penyu akan berpengaruh pada spesies lain dan habitatnya," kata dia saat berbicara di webinar diadakan CTC dalam rangka Hari Satwa Sedunia yang diperingati setiap 4 Oktober, dipantau dari Jakarta pada Senin.
Purwanto memberi contoh beberapa peran penyu agar ekosistem laut dapat berjalan, seperti menambah nutrisi dan membantu produktivitas tanaman lamun ketika mereka merumput.
Penyu yang memakan pucuk lamun dapat membersihkan sedimen sehingga habitat lamun dan terumbu karang tetap terjaga.
Penyu juga mengonsumsi berbagai jenis spons laut yang dapat mengontrol komposisi dan distribusi organisme itu yang dapat mengancam ekosistem terumbu karang.
Penyu juga memakan ubur-ubur yang dapat membantu mencegah terjadinya ledakan populasinya dalam skala besar, termasuk juga jenis ubur-ubur yang dapat menyengat. Tidak terkontrolnya populasi ubur-ubur terutama yang menyengat dapat menimbulkan kerugian dalam sektor pariwisata dan perikanan.
"Penyu bertelur di pantai dan juga memberikan nutrisi baik bagi biota ataupun tumbuhan yang hidup di pesisir pantai," kata dia.
Namun, Purwanto mengingatkan bahwa dari enam jenis penyu yang berada di perairan negara-negara Segitiga Terumbu Karang, termasuk Indonesia, hampir semuanya masuk daftar terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Beberapa ancaman yang dihadapi oleh penyu adalah adanya perdagangan ilegal dan masih adanya konsumsi daging hewan yang dilindungi itu.
Ancaman lain adalah penggunaan jaring untuk perikanan dapat menjerat penyu dan munculnya gangguan habitat mereka, baik di laut maupun pesisir tempat mereka bertelur.
Polusi seperti plastik di laut juga mengancam penyu karena hewan itu dapat memakannya.
Penyakit hewan dan perubahan iklim juga disebut Purwanto menjadi faktor yang bisa mengurangi populasi penyu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020